Selasa 09 Sep 2014 19:45 WIB

Ribuan Puyuh Mati Mendadak, Diduga Akibat 'Snot'

Burung puyuh.
Foto: peternakpuyuh.blogspot
Burung puyuh.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Ribuan burung puyuh di Kampung Selagombong, Kecamatan Cibeureum, Kota Sukabumi, Jawa Barat, mati mendadak diduga akibat terjangkit penyakit "snot" atau Infectious Coryza yang juga disebut pilek unggas.

"Dalam dua minggu terakhir ini sudah sekitar 1.850 ekor puyuh yang mati mendadak, bahkan pernah dalam satu hari sekitar 250 ekor yang mati mendadak, setelah dilihat ternyata puyuh yang kami ternakan diduga terserang snot dengan ciri-ciri terdapat benjolan pada matanya," kata peternak puyuh di Kelurahan Cibeureum Hilir. Ece Suhendar, Selasa (9/9).

Menurut Ece, sampai hari ini juga masih ada puyuhnya yang mati mendadak. Bahkan dari 2 ribu ekor puyuh yang dipeliharanya untuk bertelur tinggal sekitar 150 ekor lagi karena sudah banyak yang mati. Mencegah, adanya yang mati lagi pihaknya sudah memindahkan sebagian puyuhnya ke kandang yang lain.

Diduga penyakit ini menyerang unggasnya tersebut saat musim pancaroba, akibatnya debu bertebaran di kandang yang kemudian terhisap oleh burung yang sudah diternakannya selama satu tahun terakhir untuk peningatan kesejahteraan santri dan warga sekitar.

"Padahal setiap harinya kami membersihkan kandang secara rutin dan pemberian vaksi kesehatan pun dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh puyuh, tetapi tetap saja ungggas yang kami pelihara ini tidak tahan terhadap kondisi cuaca sehingga terserang penyakit snot," tambahnya.

Di sisi lain, akibat banyaknya puyuh yang mati tersebut ia menghitung kerugiannya mencapai Rp 100 juta, karena setiap harinya puyuh ini bisa menghasilkan telur sebanyak dua butir dan hasilnya untuk kepentingan masyarakat.

Maka dari itu pihaknya meminta kepada pemerintah setempat untuk memberikan bantuan agar usaha kecil yang dikembangkan ini untuk kesejahteraan masyarakat bisa kembali beroperasi.

"Kami meminta bantuan kepada dinas terkait minimalnya bisa memberikan indukan puyuh untuk kembali dikembangkan oleh santri dan warga sekitar agar kembali mendapatkan penghasilan setiap harinya, karena banyak santri dan warga yang bergantung kepada usaha ini," kata Ece.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement