REPUBLIKA.CO.ID, BALAI KOTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bakal membuat sarana transportasi umum di enam ruas tol dalam kota yang akan segera dibangun di Ibu Kota. Namun, sarana transportasi umum itu bukan jalur untuk Transjakarta, melainkan bus ulang-alik.
Pemprov DKI dilaporkan menunjuk PT Jakarta Tolroad Development (JTD) sebagai pelaksana proyek. Direktur utama (Dirut) PT (JTD) Frans Sunito menjelaskan, bus ulang alik hanya beroperasi di atas jalan tol. Bus itu akan berangkat dan kembali dari ujung satu tol ke ujung tol lainnya.
Di sepanjang perjalanan bus ulang-alik, kata Frans, PT JTD akan membuat beberapa titik pemberhentian sebagai tempat naik turunnya penumpang. Halte pembentian tersebut akan didesain berdekatan dengan lokasi transportasi lainnya. “Misalnya, kereta api, Transjakarta, dan sebagainya,” ujarnya, saat berbincang dengan ROL, Ahad (7/9).
Sedangkan, jarak antarhalte tidak akan berdekatan dengan halte bus dalam kota lainnya. "Akan diatur sedemikian rupa lebih dekat dengan moda transportasi lainnya. Jarak antara halte ga tentu. Karena, tergantung dari titik-titik transitnya, rata-rata tiga sampai empat kilo,” kata dia menerangkan.
Guna menghindari kemacetan, setiap halte pemberhentian bus ulang-alik akan dibarengi pembangunan lajur khusus untuk berhenti atau busbay. JTD merancang busbay yang cukup panjang, sehingga bus sebelum berhenti sudah pindah jalur untuk kemudian menurunkan dan menaikkan penumpang.
Setelah itu, kata dia, bus berangkat kembali ke jalur yang sama dengan kendaraan lain yang juga melintasi di jalan tol. “Jadi, prinsipnya bus itu harus keluar dari lajur utamanya di jalan tol, kemudian berhenti di halte yang sudah direncanakan,” ujarnya.
Guna memudahkan penumpang, masing-masing halte akan dibangun eskalator untuk naik ke atas jalan tol dan tangga manual untuk penumpang turun.
Sayangnya Frans belum bisa merinci jumlah pasti armada yang akan disediakan. "Kita telah perhitungkan semua dalam nilai investasi. Baik untuk pembelian bus, juga semua fasilitas untuk bus konsep ulang-alik ini," ujar Frans.
Enam ruas jalan tol yang akan dibangun di Jakarta, yakni ruas Semanan-Sunter sepanjang 20,23 kilometer dengan nilai investasi Rp 9,76 triliun, Sunter-Pulogebang sepanjang 9,44 kilometer dengan investasi senilai Rp 7,37 triliun.
Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 12,65 kilometer dengan investasi senilai Rp 5,96 triliun. Kemudian, Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,60 kilometer dengan nilai investasi Rp 6,95 triliun.
"Ulujami-Tanah Abang dengan panjang 8,70 kilometer dengan nilai investasi Rp 4,25 triliun dan Pasar Minggu-Kasablanka sepanjang 9,15 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,71 triliun," ucap dia.
Menurut Frans, bus ini mulai beroperasi setelah semua ruas jalan tol selesai dibangun. Mengenai waktu operasional, ia mengatakan, belum ditetapkan. "Yang pasti, akan disesuaikan dengan jam aktivitas masyarakat pengguna," kata Frans.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menegaskan, enam ruas jalan tol itu dibangun bukan hanya untuk kendaraan pribadi.
"Iya enggak apa-apa, nanti mobilnya semua dari PT JTD. Kita enggak ikut," ujar Basuki, Jumat (5/9).
Kabar pembangunan enam ruas jalan tol dalam kota itu sempat diprotes sejumlah pihak. Alasannya, pertambahan jalan akan membuat populasi kendaraan meledak. Artinya, masalah utama Ibu Kota, yakni kemacetan dan polusi udara makin sulit terselesaikan.
Namun, Basuki punya pendapat lain. Berbicara di Balai Kota, Senin (8/9), pria yang akrab disapa Ahok itu mengatakan, "Ya enggak apa-apa. Terserah saja mereka tolak, saya sudah punya konsep jelas kok tentang pembangunan ini."
"Nanti," kata Ahok melanjutkan, Transjakarta kan lewat, bus ulang-alik juga, haltenya disediakan di sana."
Mantan bupati Belitung Timur itu menyatakan, bus ulang-alik akan dibangun pada awal 2015. Ahok mengklaim, pembangunan enam ruas jalan tol itu bisa membuat jumlah kendaraan di Jakarta merata. Menurutnya, dengan penambahan jalan, kendaraan roda empat memiliki alternatif jalan untuk dilalui, sehingga tidak menyebabkan penumpukan di ruas jalan yang sudah ada.
"Tambah jalan ya membuat lebih lega. Sekarang, mobil sudah banyak, Anda mau jalan enggak dibangun dua tingkat? Kalau dibilang nambah ya itu logika konyol," ujar Ahok menjelaskan.