REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Calon Wali Kota Depok J.J Rizal menilai pelarangan Tugu Chastelein oleh Pemerintah Kota Depok sebagai bentuk arogansi. Ia juga menyatakan Pemkot Depok gagal faham ruang terbuka. Tugu Chaletelien hendak dibangun oleh Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) di halaman Rumah Sakit Harapan, Jalan Pemuda, Depok.
"Tidak Boleh ada Arogansi sebuah kelompok dalam suatu ruang bersama," ujarnya (10/9).
Menurutnya Kota Depok adalah kota multikultural. Setiap keanekaragaman harus diberi wadah yang sama. Ia mengatakan arogansi ini sebagai bentuk politik identitas. Menurutnya Pemerintah Kota Depok telah membunuh karakteristik Kota Depok yang multikultural.
"Sekarang kan karakter Depok diarahkan condong pada kelompok agama tertentu," katanya.
Menurutnya Pemkot Depok gagal memahami sejarah Kota Depok. Rizal menjelaskan Chalestein membeli tanah seluas 22.117 meter persegi di sebuah rawa di selatan Batavia. IA membangun daerah tersebut secara mandiri.
Chalestein ingin menunjukan kepada kolonial bahwa kelompok kerja bentuknya adalah masyarakat yang harusnya dibangun oleh pemerintah kolonial.
Menurut Rizal harus ada pengenalan Chalestein dalam pelajar sejarah di sekolah-sekolah. Karena kontribusinya bagi Kota Depok juga harus diketahui.
Tugu Chastelein pertama kali didirikan pada 28 Juni 1914 untuk memperingati hari ke-200 Kota Depok. Akan tetapi, pada tahun 1960-an, tugu tersebut dihancurkan oleh warga karena dianggap sebagai simbol antek-antek Belanda. Pada peringatan hari ke-300 Kota Depok, 28 Juni 2014, YLCC ingin membangun kembali tugu tersebut persis seperti sediakala, tak terkecuali kutipan harapan Chastelein.
Namun, Pemerintah Kota Depok melarang dan menghentikan pembangunan tugu tersebut. Kepala Dinas Pemuda, olahraga, Seni dan Budaya H.M. Munir mengatakan pemerintah kota tidak melihat Chalestien sebagai seorang pejuang kemerdekaan sehingga tidak terlihat kontribusinya bagi Kota Depok.
Munir menambahkan pemkot melihat Tugu Chastelein akan menimbulkan konflik SARA (Suku, Ras, Agama dan Antar Golongan). Karena di tugu tersebut ada sebuah kutipan "Mijn intentie is dat te Depok mettertijd een fraale Christenbevolking groele." yang berarti "harapan saya kelak Depok jadi masyarakat Kristen yang sejahtera".
"Kita hanya ingin menghindari konflik," ujar Munir.