Kamis 11 Sep 2014 04:20 WIB

Ahok Mundur, Gerindra: Biasa, Ada Kader Militan dan Pragmatis

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Yudha Manggala P Putra
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Foto: antara
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- DPP Partai Gerindra menanggapi enteng terkait pengunduran diri Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok. Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman menilai pengunduran diri kader partai adalah suatu hal yang wajar dalam politik.

Dia mempersilakan rakyat untuk menilai sendiri sikap pengunduran diri yang dilakukan oleh Wakil Gubernur DKI Jakarta itu. "Itu hal biasa dalam politik, ada kader yang militan dan ada yang pragmatis, tinggal rakyat yang menilai," katanya dalam pesan singkatnya kepada Republika, Rabu (10/9).

Habiburokhman berharap, keputusan Ahok mundur dari Gerindra bukan sebagai langkah untuk mencari panggung politik. Ia juga menyesalkan bahwa Ahok tidak pernah menyampaikan keluhannya terkait sikap partai di internal.

Menurutnya, Gerindra akan sangat demokratis dalam menyerap aspirasi dari kadernya. Ia mengaku, banyak keputusan penting yang bisa berubah setelah mendapat kritik darai kader. Bahkan, kata dia, UU Parpol menyediakan forum penyelesaian  internal.

Sebelumnya, Ahok resmi mengundurkan diri dari Partai Gerindra, Rabu (10/9). Pengunduran diri Ahok tersebut didasarkan pada alasan perbedaan pendapatnya terkait RUU Pilkada yang saat ini masih menjadi perdebatan di DPR RI.

Ahok berpandangan bahwa pilkada seharusnya dilakukan secara langsung, sedangkan Partai Gerindra mengusulkan sistem pilkada melalui DPRD.

Dia menyatakan tidak sepakat dengan kebijakan kepala daerah dipilih oleh DPRD karena hal tersebut akan membuat kepala daerah bekerja bukan untuk melayani rakyatnya tapi malah menyenangkan anggota dewan. Menurutnya, pihak-pihak yang menyetujui kepala daerah dipilih oleh DPRD adalah mereka yang tidak berjiwa kerakyatan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement