REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mencatat kredit yang disalurkan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tumbuh melambat. Perlambatan terutama terlihat pada penyaluran kredit mikro.
Direktur UMKM PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) Djarot Kusumayakti mengakui bahwa kinerja kredit UMKM BRI melambat. "Kita masih agak melambat juga di kisaran 18 persen," ujar Djarot beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan, BRI menargetkan kredit UMKM tumbuh sebesar 16 persen pada akhir tahun.
Sebanyak 78 persen dari portfolio kredit BRI disalurkan untuk sektor UMKM, terutama mikro.
Djarot mengatakan, BRI berharap sektor mikro dapat menjadi anchor dalam ekonomi lokal. Sektor mikro diharapkan mampu menahan gejolak ekonomi makro.
PT Bank Mega, Tbk juga mencatatkan penurunan kredit usaha kecil dan menengah (UKM). Berdasarkan laporan keuangan, Kredit UKM Bank Mega pada Juni tercatat Rp 3,5 triliun, turun 27 persen dari tahun sebelumnya.
Kredit UKM pada periode yang sama pada tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp 4,8 triliun.
Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib mengatakan, penurunan kredit disebabkan perubahan segmen UKM. "UKM berubah segmen dulu Rp 100 juta kami naikkan minimum Rp 500 juta," ujarnya.
Perubahan tersebut menurunkan kredit usaha kecil yang dahulu Rp 100-500 juta. Bank Mega memilih fokus pada sektor kredit usaha menengah yang memiliki plafon kredit Rp 500 hingga Rp 3 miliar.
"Dengan perubahan ini kami harap risiko kredit akan lebih baik daripada kredit usaha kecil yang NPL-nya lebih besar," ujarnya.