REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Satelit NOAA 18 milik Amerika Serikat yang dioperasikan Singapura pada Kamis (11/9) sore merekam bertambahan jumlah titik panas (hotspot) di daratan Pulau Sumatera dari 176 menjadi 225 titik.
Menurut Pusat Data dan Informasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau yang diterima Antara di Pekanbaru, Jumat, titik panas tersebut tersebar di sejumlah wilayah provinsi mulai dari Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan dan lainnya.
Khusus di Provinsi Riau, menurut data tersebut, terdapat enam "hotspot" yang tersebar di tiga wilayah kabupaten/kota meliputi Pelalawan sebanyak dua titik dan Indragiri Hulu serta Indragiri Hilir masing-masing satu titik.
Jika dibandingkan dengan hasil rekaman satelit pada hari sebelumnya, titik panas di Riau justru berkurang.
"Sebelumnya ada 20 titik panas di Riau," kata Kepala BPBD Riau, Said Saqlul Amri lewat pesan elektronik.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan meski masih bermunculan titik panas, Provinsi Riau masih aman dari ancaman bencana kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan.
"Masih aman, Riau memang ada titik panas namun jumlahnya minim," kata Kepala Bidang Data BNPB Agus Wibowo.
Titik panas merupakan hasil pantauan satelit yang selama ini menjadi rujukan pemerintah dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Kasus kebakaran hutan dana lahan itu kerap terjadi di Provinsi Riau dan bahkan nyaris setiap tahunnya sejak 1997.
Peristiwa tersebut bahkan selalu menyebabkan tercemarnya udara dengan kabut asap hingga mendatangkan berbagai penyakit bagi masyarakat di berbagai daerah kabupaten/kota di Riau.