REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Setengah juta anak-anak di Gaza sejak Ahad kemarin memulai tahun ajaran baru. Seharusnya, tahun ajaran baru dimulai tiga pekan lalu. Namun, serangan 50 hari Israel ke Gaza membuat otoritas pendidikan menunda pelaksanaannya.
"Sebanyak 230 ribu pelajar menghadiri sekolah di Ahad kemarin," ungkap Menteri Pendidikan Gaza, Ziad Thabet, seperti dilansir Alarabiya.net, Senin (15/9). Dari 230 ribu pelajar, 200 ribu diantaranya bersekolah di gedung yang dikelola PBB.
Setelah serangan 50 hari Israel, banyak sekolah mengalami kerusakan. Itu sebabnya, sejumlah gedung PBB disulap menjadi ruang sekolah. Meski begitu, raut wajah bersemangat tampak terlihat di wajah anak-anak Gaza.
Heba al-Alami, penduduk Gaza, mengatakan sejak kemarin pasar ramai disambangi orang tua yang ingin membeli kebutuhan sekolah anak-anak mereka. "Tahun ini seperti tahun sebelumnya, pasar begitu hidup. Tapi rasa pedih soal serangan Israel tetap membekas," ucapnya.
Menurut imbauan Kementerian Pendidikan Gaza, pekan pertama tahun ajaran baru lebih dikhususkan menyediakan konseling psikologi dan kegiatan rekreasi untuk anak-anak. Ini dimaksudkan guna membantu pemulihan mental anak-anak Gaza sehingga mereka siap untuk kemali belajar.
"Apapun yang terjadi, hidup terus berlanjut," kata Reda Al Zahaar, seorang guru di Gaza.
Zahaar mengatakan meski anak-anak masih trauma namun tidak menyurutkan niat mereka untuk sekolah. "Mereka (Anak--anak) termasuk pihak yang paham bahwa hidup harus berlanjut," kata dia.