Senin 15 Sep 2014 18:29 WIB

Asosiasi Petani Tebu Dukung Kamajaya Jadi Menteri Pertanian

Petani tebu  (ilustrasi)
Foto: Antara
Petani tebu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para petani di Indonesia menjerit akibat harga-harga hasil pertanian mereka anjlok saat memasuki masa panen.

"Pas panen melon (harganya) jatuh, panen lombok jatuh, panen tebu jatuh. Tidak ada yang peduli," ujar Ketua Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia (APTRI) Blora, Jawa Tengah, Anton Sudibyo, Senin (15/9).

Seperti diberitakan sejumlah media, petani tebu di Jombang, Tulungangung dan sejumlah daerah lainnya kecewa karena harganya anjlok sangat drastis, yaitu hanya di kisaran Rp 31 ribu per kuintal.

Beruntung, petani tebu di Blora, yang menjual hasil kebunnya tersebut ke pabrik gula milik PT Gendhis Multi Manis bisa bernafas lega. Karena, jelas Anton, perusahaan milik pengusaha Kamajaya itu mau membeli hasil tanaman mereka Rp 50 ribu per kuintal.

Apalagi, selain membeli tebu dengan harga tinggi, Kamajaya memberikan perhatian penuh kepada para petani agar hasil tanaman mereka meningkat. "Dia sering menyapa petani di tengah alas (hutan). Gubernur (juga pernah) diajak. Komunikasi terbangun. Petani diberi dorongan untuk memperluas hasil tanamannya," imbuh Anton.

Bahkan, kata dia, Kamajaya juga memberikan bantuan modal serta mengikutsertakan petani dalam berbagai pelatihan cocok tanam ke Temanggung, Pasuruan, Madiun sampai ke Thailand dan Kamboja secara gratis. Mereka tak hanya belajar menanam tebu tapi juga jenis tanaman lainnya.

"Kami sekarang bisa nanam melon, buncis, lombok, selain tebu," tuturnya. Namun, Anton belum mendengar nama Kamajaya diunggulkan menjadi Menteri Pertanian mendatang versi Kabinet Indonesia Hebat. Tapi dia mendukung Kamajaya masuk dalam kabinet Pemerintahan Jokowi-JK mendatang.

"Kami berdoa supaya Indonesia dipimpin orang-orang baik seperti Pak Jokowi dan juga Pak Kamajaya. Supaya petani tak jadi objek lagi," tuturnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement