REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pendidikan Madrasah, Nur Kholis Setiawan menolak kalau kementerian agama disebut tak bekerja maksimal. Karena kementerian telah menyusun 54 judul buku untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 tanpa anggaran khusus.
"Jadi, partisipasi para penulis adalah sukarela dalam pengumpulan dan penulisan naskah," ujarnya, Rabu (17/9).
Sebelumnya, ada buku yang menyebut makam wali Allah sebagai berhala. Ini termuat dalam buku pegangan untuk guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas VII MTs Kurikulim 2013 yang disusun kemenag.
Hal itu pun langsung mengundang reaksi dari sekelompok umat Islam. Oleh PBNU, buku tersebut dianggap menyinggung SARA dan melecehkan umat Islam.
Berkaitan dengan itu, NU pun mendesak Kemenag mencabut buku dari peredaran.
Dalam prosesnya, ujar dia, kemenag mengumpulkan tim penyusun yang juga melibatkan para guru madrasah dari berbagai kelompok. Tujuannya, agar buku yang diterbitkan dapat mengakomodasi seluruh ajaran Islam secara umum. Juga tanpa menyinggung kelompok Islam tertentu.
Awal 2014, lanjut dia, bersama tim reader secara langsung kembali melakukan pengecekan terhadap buku tersebut dengan teknik speed reading. Diakuinya, memang terdapat sejumlah bias ideologis yang ditunjukkan kelompok Islam tertentu yang diprediksi kontraproduktif jika nantinya dicetak dan disebarluaskan.
Kemudian, pada Februari 2014 Direktorat Madrasah membentuk tim khusus untuk mengecek ulang isi buku pracetak. Namun ternyata kesalahan masih ada. Karenanya, ia berterima kasih dengan segala kritik dan saran perbaikan.
Ia menambahkan, tidak ada unsur kesengajaan mau pun pembiaran atas konten buku yang mengandung SARA. "Ini murni human error," ujarnya.
Atas kesalahan tersebut, kemenag akan melakukan ralat redaksi kalimat terhadap halaman buku yang dimaksud secara keseluruhan.