REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Jelang Hari Raya Idul Adha 1435 H, Dinas Peternakan Jawa Barat menghimbau masyarakat Jawa Barat untuk lebih teliti saat membeli hewan kurban. Hal itu untuk mengantisipasi pembelian hewan kurban tak layak jual di pasaran.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Dody Firman Nugraha mengungkapkan pembeli harus mencermati hewan yang akan dibelinya nanti.
Dody menuturkan tak sulit mengenali hewan yang sehat dan layak yakni dengan membeli hewan yang telah disertai Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH). Setiap hewan kurban yang dijual harus disertai SKKH dari Dinas Peternakan asal hewan tersebut.
"Jika pada saat membeli tidak bertemu dengan petugas, minimal pembeli bisa melihat hewan itu ada SKKH atau tidak," ujar Dody saat ditemui Republika di Bandung, Rabu (17/9).
Dikatakan Dody, SKKH hewan yang dibeli juga hendaknya dibawa pulang oleh si pembeli bersama hewan kurban tersebut. Hal itu, untuk mengantisipasi oknum pedagang nakal yang memakai SKKH tersebut untuk hewan yang sebenarnya tidak layak.
Oleh karena itu, Dody mengungkapkan peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam pencegahan dikurbankannya hewan-hewan tidak layak.
"SKKH itu dibawa, kadang masyarakat males buat apa, saya juga suka gitu, makanya saya mohon jangan ditinggal, karena ada pedagang yang nakal," ujar Dodi.
Selain itu, Dody mengungkapkan jelang semakin dekatnya Hari Raya Kurban Dinas Peternakan Jawa Barat juga membentuk tim yang akan diterjunkan langsung untuk meninjau penjualan hewan kurban di seluruh wilayah Jawa Barat.
Menurut Dody, setiap kabupaten atau kota di Jawa Barat akan memiliki tim tersendiri yang jumlahnya sekitar 100-150 orang. Nantinya, tim tersebut yang akan meninjau tempat penjualan hewan-hewan kurban dan menandai hewan yang sehat dengan kalung sehat.
"Hari ini saya membentuk tim melalui rapat kordinasi, minggu depan akan dilepas oleh Gubernur lalu akan diterjunkan seminggu sebelum, saat penjualan marak," ujarnya.
Dody sendiri menuturkan jumlah permintaan hewan kurban sendiri sejauh ini naik sekitar 5-10 persen dari tahun lalu. Sejauh ini pula, sama seperti tahun sebelumnya belum ditemukan hewan yang terduga penyakit antraks.