Rabu 17 Sep 2014 17:30 WIB

Zainab Binti Khuzaimah, Ibunda Orang Miskin (2-habis)

 Zainab sangat dimuliakan sebagai salah satu istri Rasulullah SAW.
Foto: Fanpop.com
Zainab sangat dimuliakan sebagai salah satu istri Rasulullah SAW.

Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti     

Keperkasaannya dibuktikan hingga ia gugur syahid dalam perang Badar, Zainab pun kembali menjanda. Untuk melindungi dan meringankan beban kehidupan Zainab, Rasulullah pun menikahinya.

Rasulullah luluh karena kebaikan hati dan lemah lembut Zainab terhadap orang miskin. Rasulullah selalu mendahulukan kepentingan kaum Muslimin, termasuk kepentingan Zainab.

Wajah Zainab memang tidak terlalu cantik, tapi kecantikan hatinya yang membuat ia dinikahi Rasulullah. Beberapa sahabat juga enggan menikahinya setelah ia kehilangan Ubaidah sebagai pahlawan Badar.

Rasulullah menikah dengan Zainab setelah beliau menikah dengan Hafshah binti Umar. Tapi, pernikahannya dengan Zainab hanya selama tiga bulan karena setelah itu Zainab meninggal dunia.

Ketika menikah, Rasulullah memberikan sebesar 10 uqiyah perak dan merayakan walimah dengan berbagai hidangan. Undangan pun tak hanya diberikan pada kaum berada, kaum dhuafa pun diundang dan duduk bersama menikmati hidangan yang disediakan.

Biasanya, Rasul mengingkari gelar yang didapatkan ketika pada masa Jahiliyah. Tetapi, tidak dengan gelar yang didapatkan Zainab sebagai Ummul Masakin. Zainab juga dikenal selalu meringankan beban saudaranya, seperti perlakuan dia terhadap budaknya.

Zainab memiliki seorang budak dari Habasyah. Seluruh budak yang dimilikinya tidak pernah diperlakukan layaknya budak. Perlakuannya terhadap budak diberikan seperti kerabat dekat.

Zainab wafat pada akhir Rabiul Akhir bulan ke-39 sejak hijrahnya Rasulullah. Rasul pun menguburkan Zainab di Baqi. Zainab meninggal di usia yang cukup muda, 30 tahun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement