REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Pengurus masjid tergolong paling banyak disusupi radikalisme yang mencapai angka tertinggi sekitar 15 persen, sama rentannya dengan guru sekolah madrasah, kata Sekretaris Nusa Institute Masud Halimin.
Masjid menjadi sasaran utama pergerakan radikalisme karena penguasaan tempat ibadah tersebut kini didominasi kelompok garis keras itu, kata Masud, di Palembang, Kamis, ketika menjadi narasumber pada pelatihan jurnalisme damai yang digelar Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.
Menurut dia, penelitian memastikan pengurus masjid paling rentan disusupi gerakan radikalisme atau paham radikal dengan persentase 15 persen.
"Dengan berbalut ajaran agama, radikalisme berkembang sangat masif, sehingga tingkat kewaspadaan terhadap teror tersebut di Indonesia perlu ditingkatkan," katanya pula.
Ia menyatakan, profesi guru madrasah juga diketahui sama rentannya dengan pengurus masjid itu.
Terbukti sampai kini mayoritas pelaku teroris diketahui beraktivitas di masjid dan mengajar di sekolah-sekolah agama, katanya lagi.
Dia mengingatkan bahwa radikalisme dengan berbalut ajaran agama Islam tersebut sangat berbahaya.
Karena itu, upaya dari semua lapisan masyarakat dengan dimotori lembaga pemerintah harus bersinergi dan berjuang dalam memberikan pemahaman yang benar atas tindakan berjihad dengan cara radikal tersebut, ujarnya lagi.
Masud menambahkan, mahasiswa dan dosen juga tergolong rentan menjadi sasaran gerakan radikalisme yang mencapai 11,5 persen.
Selanjutnya, tokoh ormas 9,7 persen, dai dan ulama sebanyak 7,7 persen, serta pengasuh pesantren dan guru sekolah umum 3,8 persen.
Pelatihan jurnalisme damai itu dilaksanakan 16--18 September dengan peserta puluhan wartawan cetak dan elektronik di Palembang.
Pelatihan diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bermitra dengan Biz Communication yang menghadirkan pembicara utama Wakil Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar, Direktur Perlindungan BNPT Herwan Chaidir, wartawan senior Majalah Tempo Agus Basri, dan Direktur KBR 68H Bivie Arifin.