REPUBLIKA.CO.ID, FREETOWN -- Sebuah tim kesehatan yang akan mengubur korban ebola diserang di Matankay di ibukota Sierra Leone, Freetown, Sabtu (20/9).
Dilansir dari Al Jazeera, Ahad (21/9), polisi dipanggil untuk membantu tim kesehatan tersebut. Seorang saksi mata mengatakan kepada televisi pemerintah tim kesehatan terpaksa meninggalkan lima jasad korban dan lari menyelamatkan diri.
Seorang polisi setempat mengatakan sejumlah pemuda berusaha mengganggu jalannya penguburan. Sejak jam malam diberlakukan, Jumat, sebagian besar rakyat Sierra Leone berada di rumah. Hanya pekerja profesi vital yang diperbolehkan beraktivitas, seperti pekerja kesehatan dan pasukan keamanan.
Namun, kritik mengatakan langkah tersebut justru membuat penularan ebola semakin tinggi. Kelompok kemanusiaan Doctors Without Borders mengatakan akan sangat sulit bagi pekerja kesehatan mengidentifikasi warga yang terinfeksi ebola dari rumah ke rumah.
Kelompok tersebut mengatakan Sierra Leone tidak mempunyai cukup tempat tidur jika penderita teridentifikasi saat jam malam. Liberia telah menerapkan langkah karantina sementara dan jam malam bulan lalu. Namun, akhirnya dicabut setelah menuai protes warga.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ebola telah menewaskan lebih dari 560 orang di Sierra Leone. Lebih dari 2.600 orang meninggal di Afrika Barat sejak epidemi ebola terjadi.