REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab Ahad (21/9) menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke Yaman karena situasi keamanan yang tidak stabil di negara itu.
"Peringatan itu datang sebagai bagian dari perhatian besar UEA pada keselamatan warganya ke luar negeri," kata kantor berita UAE (WAM) mengutip Kementerian Luar Negeri dalam satu pernyataan.
Kementerian mendesak warga untuk secara ketat mematuhi saran wisata dan meminta mereka yang tinggal di Yaman untuk mengadopsi tindakan pencegahan yang diperlukan untuk keselamatan mereka sendiri.
"Bagi warga UAE bepergian ke luar negeri juga disarankan untuk mendaftarkan diri dalam program layanan online Tawajdi (keberadaan saya) dan untuk membaca halaman saran wisata di website kementerian," tambah pernyataan itu.
Menurut laporan-laporan AFP dari Sanaa mengatakan, para pemberontak Syiah merebut kantor pusat pemerintahan Yaman Ahad (21/9) dan Perdana Menteri Mohamed Basindawa mengundurkan diri, menuduh presiden menjadi "otokratis", kata para pejabat senior.
Pemberontak, menuntut kemitraan politik yang lebih luas dan pengunduran diri pemerintah, telah terkunci dalam bentrokan mematikan selama berhari-hari dengan pejuang Sunni dan pasukan.
Para pemberontak Ansarullah, juga dikenal sebagai Huthi, "merebut kantor pusat pemerintah dan radio, serta Brigade Keempat," kata seorang pejabat.
Seorang juru bicara pemberontak, Mohammed Abdulsalam, mengkonfirmasi di laman Facebook-nya bahwa kompleks pemerintah telah diambil dan perdana menteri telah melangkah untuk mundur.
Dia juga mengatakan, bagian dari "militer dan aparat keamanan telah mendukung pemberontakan populer itu", mengacu pada pekan protes oleh para pemberontak.
Abdulsalam mengatakan, ini termasuk "perintah umum angkatan bersenjata, radio ", pemerintah dan lembaga resmi lainnya di Sanaa.
Dewan menteri merilis teks surat yang ditandatangani oleh Basindawa di mana ia berkata: "Saya telah memutuskan untuk hadir untuk anda pengunduran diri saya sebagai perdana menteri. "
"Kemitraan antara saya dan presiden (Abdrabuh Mansur Hadi) dalam memimpin negara ini hanya berlangsung untuk waktu yang singkat, sebelum digantikan oleh otokrasi sejauh pemerintah dan saya tidak tahu lagi apa-apa tentang situasi militer dan keamanan."
Kantor berita resmi Saba mengumumkan kepergian Basindawa, tetapi tanpa menjelaskan apapun.