Rabu 24 Sep 2014 13:22 WIB

Minyak 'Pertamina' Belanda Kering Saat Syekh Rokan Minggat

Sejumlah pengunjung menyalami Tuan Guru Syekh H Hasyim Al-Syarwani (tengah) keturunan ke-11 dari Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan saat berwisata religi di Pesantren Babussalam, Kabupaten Langkat, Sumut, Sabtu (7/1).
Foto: Antara/Septianda Perdana
Sejumlah pengunjung menyalami Tuan Guru Syekh H Hasyim Al-Syarwani (tengah) keturunan ke-11 dari Tuan Guru Syekh Abdul Wahab Rokan saat berwisata religi di Pesantren Babussalam, Kabupaten Langkat, Sumut, Sabtu (7/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tuan Syekh Abdul Wahab Rokan merupakan tokoh sejarah di Langkat, Sumatera Utara yang menyisakan kisah sejarah yang unik.

Salah satu keramat Tuan Syekh adalah peristiwa keringnya sumur minyak BPM Batavsche Petroleum Matschapij, perusahaan Pertaminanya Belanda saat jaman penjajahan, karena kepergiannya.

Kisahnya bermula saat Belanda mulai menciptakan fitnah yang keji kepada tokoh masyarakat ini. Salah satunya adalah fitnah membuat uang palsu.

Belanda disebut merasa heran mengapa Tuan Syekh, yang terkenal saat ini sebagai tokoh sufi itu, tidak pernah kehabisan uang.

Tuan Syekh memilih untuk mengungsikan diri ke Malaysia dan di sana dia menggunakan waktunya untuk menyebarkan ajaran tarekat Naqsrabandiyah. (Baca: Tarekat Naqsyabandiyah di Nusantara (1))

Selama kepergiannya tiba-tiba sumur minyak perusahaan Belanda di langkat mengalami kekeringan. (Baca: 18.000 Orang Padati Haul Babussalam ke-90)

Tidak hanya musibah kepada perusahaan, yang saat kemerdekaan berubah nama menjadi Pertamina itu, kepah dan hasil tangkapan nelayan juga berkurang drastis.

Untuk mengatasi hal itu, penguasa Langkat saat itu memutuskan untuk meminta Tuan Syekh kembali ke ke kampungnya di Babussalam, sebuah tempat yang mengilhami namanya Tuan Guru Besilam. Alkisah, semua musibah itu teratasi setelah kedatangannya. (Baca: Ribuan Peziarah Kunjungi Perkampungan Babussalam Langkat)

Selain penghasil minyak dan perkebunan, Langkat dari dulu terkenal melahirkan putra bangsa yang punya kiprah bergengsi. Seperti sastrawan Poedjangga Baroe, Amir Hamzah.

Saat ini, warga di Pangkalan Brandan, Langkat meminta agar Pertamina membuatkan museum migas di daerah tersebut. (Baca: Makam Pendiri Pesantren Ramai Dikunjungi Peziarah)

Seiring dengan semakin terkurasnya sumur itu, warga di sana tidak ingin menjadi 'habis manis sepah dibuang' saat perusahaan minyak hengkang karena kehabisan sumber daya alam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement