REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) siap mendukung terciptanya ketahanan pangan di Indonesia karena mampu menjamin keberlangsungan ketersediaan komoditas tersebut sesuai permintaan pasar di Tanah Air, kata pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Dengan SLIN yang akan diresmikan awal Oktober mendatang, kami yakin beragam ikan yang menyebar di perairan Indonesia dapat terangkut maksimal. SLIN adalah jawaban agar pasokan ikan di dalam negeri cukup," kata Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut P. Hutagalung di Surabaya, Rabu (24/9) malam.
Ia mengatakan hal itu pada Temu Koordinasi Distribusi dan Pemanfaatan Sarana Pemasaran Dalam Rangka Implementasi Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) Tahap Awal.
Kecukupan ikan tersebut, kata dia, bisa diartikan dapat memenuhi segala permintaan masyarakat untuk bahan baku industri dan kebutuhan bahan konsumsi sehari-hari, khususnya pemenuhan terhadap ikan laut, seperti ikan cakalang dan tuna.
"Di samping itu, keberadaan SLIN sekaligus mengurangi masih tingginya biaya logistik di Tanah Air," ujarnya.
Bahkan, kata dia, dapat membantu peningkatan kesejahteraan nelayan. Melalui SLIN, harga ikan di tingkat hulu (nelayan) bisa naik antara Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kilogram.
"Jika harga ikan kembung masih menyentuh Rp 8.000 per kilogram maka dengan SLIN bisa meningkat menjadi Rp 10.000-Rp 11.000 per kilogram. Bagi dunia industri, kami rasa harga itu juga masih memungkinkan," katanya.
Selain itu, kata dia, melalui pengembangan SLIN diharapkan ikan hasil tangkapan nelayan dapat ditampung dan diserap pasar di hulu dengan baik.
Bahkan, katanya, distribusi ikan dari sentra produksi ke sentra pasar di hilir dan industri lebih
lancar.
"Hal itu juga akan membantu stabilisasi harga yang diterima nelayan. Keberhasilan SLIN akan mengikis kasus ikan dibuang akibat tidak tertampung dan harga jatuh karena ikan melimpah," katanya.