REPUBLIKA.CO.ID,AMBON--Situs Hatuhuran yang berada dalam komplek situs purbakala Hatusua di Kabupatan Seram Bagian Barat memiliki karakter masa megalitik, kata Arkeolog Marlon Ririmasse dari Balai Arkeologi Ambon, di Ambon, Kamis (25/09).
"Situs ini memiliki karakter megalitik, sebagaimana ditandai dengan keberadaan dolmen (meja batu) sebagai penanda situs," katanya.
Marlon mengatakan, situs Hatuhuran yang memiliki karakater zaman megalitik atau masa prasejarah akhir itu, adalah lokus yang menjadi titik pengamatan ketiga yang diberi kode HTS-13 olehnya dan tim ketika melakukan ekskavasi di dalam komplek kawasan purbakala Hatusua pada 16 Mei 2014.
Pada lokus tersebut terdapat dolmen berdiameter 1 x 1,4 meter dengan tiga buah batu yang terletak disampingnya, diduga batu-batu tersebut merupakan pilar penyangga dolmen.
Dalam kebudayaan masyarakat Hatusua, meja batu yang bentuknya hampir menyerupai bangun ruang segitiga sama kaki tersebut, melekat dengan salah satu sejarah tutur mereka, dan lokasi tempatnya berada pun dianggap sebagai kawasan keramat.
"Terkait rencana pengembangan kawasan Hatusua sebagai taman purbakala, keberadaan situs ini kiranya menjadi salah satu elemen integral, maka aktifitas penelitian yang mendalam kiranya perlu diintensifkan," ucapnya.
Lebih lanjut ia mengatakan lokus HTS-13 merupakan bagian dari interior komplek situs purbakala Hatusua yang dikelilingi oleh bebatuan gamping dan goa-goa yang berindikasi menjadi hunian berulang.
Akses menuju lokus itu sendiri relatif terjangkau dan terbuka karena berada dekat dengan pelabuhan Waipirit yang merupakan pintu masuk ke Kabupaten Seram Bagian Barat, sehingga dapat dicapai dengan berjalan kaki selama 15 menit.
"Perjalanan ke sana dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor selama kurang lebih satu jam dari pusat Kota Ambon ke Pelabuhan Hunimua di Desa Liang, Kabupaten Maluku Tengah, kemudian dilanjutkan dengan dua jam penyeberangan laut menggunakan feri ke Pelabuhan Waipirit," katanya.