Kamis 25 Sep 2014 11:00 WIB

Ancaman Teroris Belum Tentu Pengaruhi Kebijakan Politik Jerman

Operasi penanganan terorisme
Foto: Antara
Operasi penanganan terorisme

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Terkait ancaman pembunuhan sandera yang ditawan kelompok teroris Abu Sayaf di Filipina, Juru bicara kementerian luar negeri Jerman mengatakan dalam jumpa pers di Berlin.

"Ancaman-ancaman bukanlah jalan yang pantas untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri Jerman." Dan bahwa kelompok penanganan krisis yang dimiliki kementerian sedang menggodok kasus tersebut.

Baca Juga

Jerman telah menepis kemungkinan untuk mengambil bagian dalam serangan-serangan udara yang menargetkan Negara Islam. Namun Jerman memecahkan ketabuan pasca Perang Dunia soal pemasokan persenjataan ke wilayah konflik dengan menyetujui untuk mempersenjatai para pejuang Kurdi yang memerangi para petempur Negara Islam di Irak utara.

Seorang sumber intelijen militer mengatakan ia menyadari adanya ancaman terhadap para sandera Jerman dari Abu Sayyaf, namun tidak yakin bahwa ancaman itu akan dilaksanakan. Sumber itu memperkirakan bahwa kelompok tersebut kemungkinan besar akan merundingkan uang tebusan lebih rendah.

"Kita menanggapi semua ancaman dengan serius," ujarnya. "Tapi, berdasarkan pengalaman dalam menghadapi kelompok ini, mereka adalah penjahat-penjahat biasa yang hanya menginginkan uang."

Menurut laporan media, kedua warga Jerman itu diculik di bawah todongan senjata dari sebuah kapal pesiar yang sedang berada di antara Borneo Malaysia dan Filipina selatan pada April lalu.

Mereka sebelumnya diidentifikasi oleh pejabat militer Filipina sebagai Stefan Okonek (berumur awal 70 tahunan) dan Henrike Dielen, yang berusia pertengahan 50 tahunan.

Abu Sayyaf selama ini dianggap bertanggung jawab melakukan pemenggalan kepala, pemboman serta penculikan untuk tebusan.

Kelompok itu juga menyandera seorang warga Belanda, satu warga Swiss, satu warga Jepang dan sejumlah warga Filipina di negara bagian di selatan dengan mayoritas berpenduduk Katolik Roma.

Pada 2001, para pemberontak Abu Sayyaf di provinsi kepulauan di selatan, Basilan, memenggal kepala seorang warga Amerika yang mereka culik dari pulau peristirahatan di provinsi Palawan.

Dua warga Amerika lainnya disekap selama lebih dari satu tahun, dan satu dari mereka tewas dalam operasi penyelamatan sementara satu lainnya selamat namun mengalami luka ringan.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement