REPUBLIKA.CO.ID, ALEPPO -- Kelompok militan di Suriah Fron al-Nusra menyatakan akan melancarkan serangannya ke Barat. Kelompok ini mengatakan serangan udara yang dipimpin oleh AS merupakan perang terhadap Islam.
BBC melaporkan, dalam pernyataan resminya, kelompok jaringan al-Qaeda ini menyerukan seluruh militan di dunia untuk menargetkan negara Barat dan negara Arab yang terlibat dalam koalisi AS. Pernyataan ini disampaikan menyusul serangan udara yang dilakukan oleh AS dan negara lainnya terhadap ISIS di Irak dan Suriah.
Meskipun begitu, kelompok ekstrimis ISIS dan al-Nusra selama ini menjadi musuh dan saling bertempur satu sama lain di Suriah. Namun, pada Sabtu, juru bicara al-Nusra, Abu Firas al-Suri mengancam akan menyerang koalisi AS.
"Negara-negara ini telah melakukan tindakan mengerikan dan akan masuk dalam daftar target jihadis di seluruh dunia. Ini bukanlah perang terhadap al-Nusra, tetapi terhadap Islam," katanya.
Baik ISIS dan al-Nusra membentuk jaringan pemberontak di Suriah. Sementara itu, dalam serangannya, AS tidak mengatakan telah menargetkan al-Nusra.
Namun, pesawat tempurnya telah menyerang sebuah kelompok baru yang dikenal sebagai Khorasan. Menurut para pengamat, kelompok ini merupakan bagian dari kelompok al-Nusra.
Pada Sabtu, juru bicara oposisi moderat Free Syrian Army, Hussam al-Marie, memberikan dukungannya terhadap serangan udara yang menargetkan ISIS. Namun, lanjutnya, mereka menentang tindakan yang menyebabkan adanya korban warga sipil.
Ia juga mengatakan negara-negara Barat seharusnya juga menyerang pemerintah di Damaskus. "ISIS merupakan musuh kita seperti rezim Presiden Assad yang menjadi musuh kita," katanya.
"Kami ingin Suriah merdeka dari kediktatoran dan terorisme. Kami membutuhkan dukungan dari dunia yang merdeka untuk melanjutkan pertempuran terhadap rezim ini dan ISIS. Kami memerangi dua hal," lanjutnya.
Di tempat terpisah, Pentagon mengatakan jet tempur AS telah menghantam kota Suriah, Raqqa, pada Sabtu, serta menghancurkan lokasi ISIS di dekat perbatasan Turki. Pasukan Kurdi pun berupaya mempertahankan kota Kobane di perbatasan Suriah sejak pergerakan ISIS membuat 140 ribu warga mengungsi ke Turki.