Ahad 28 Sep 2014 12:51 WIB

Kementerian Kelautan: Laut Kita sudah Tidak Perawan

Samudra Pasifik
Foto: Reuters
Samudra Pasifik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Terpilih Joko Widodo yang bakal memimpin pemerintahan mendatang diharapkan dapat pula memimpin Republik Indonesia menuju Negara Maritim yang berdaulat sepenuhnya dengan lebih memperhatikan aspek kelautan nasional.

"Kita meminta Presiden dan Wakil Presiden Terpilih memimpin bangsa dan negara ini menuju Negara Maritim yang mampu memanfaatkan, mengelola, menguasai dan menegakkan kedaulatan di laut kita,"

kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut Hutagalung, Minggu.

Menurut Saut, arah kebijakan Pemerintahan yang baru 2014-2019 sudah jelas yaitu akan mengubah paradigma pembangunan berorientasi ke laut tanpa meninggalkan pembangunan di daratan.

Hal itu, ujar dia, antara lain karena kontribusi pembangunan di daratan selama ini sanqatlah besar dan peran ini terus akan dioptimalkan ke depan.

"Memenuhi kebutuhan pembangunan ke depan sangat sulit hanya bertumpu pada peran pembangunan di daratan. Kodrat kita sebagai Negara Kepulauan merupakan potensi ekonomi yang luar biasa demikian juqa potensi bidang kehidupan lainnya," katanya.

Ia memaparkan, Indonesia yang terdiri atas 30 persen daratan dan 70 persen lautan dengan posisi geografis di antara dua benua serta dua samudera merupakan berkah sekaligus modal pembangunan yang besar.

Tantangan utama, menurut dia, adalah bagaimana memberikan masukan terbaik agar program yang akan disusun sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional ke depan dengan mengelola dan memanfaatkan sumber daya kelautan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

"Laut kita bukanlah laut yanq masih perawan tetapi sudah dimanfaatkan selama ini. Terdapat 24 undang-undang yang mengatur kelautan dan kewenangan menqatur dan mengelola sudah dibaqi habis ke beberapa kementerian," katanya.

Padahal, tegas Saut, pembangunan kelautan bersifat multidimensi yang memerlukan pendekatan multisektoral dan banyak pula terdapat beragam pemangku kepentingan di dalamnya.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement