Ahad 28 Sep 2014 13:44 WIB

Suhu Udara di Bali Masih Normal, Kelembapan Menurun

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Maman Sudiaman
Cuaca panas. Ilustrasi
Foto: .
Cuaca panas. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Suhu udara di Bali masih tergolong normal, yakni sekitar 33 derajat selsius. Namun karena kelembapan udara yang menurun menjadi 50 persen, kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Bali, I Wayan Suardana, suhu udara terasa lebih panas.

"Kalau kelembapan berkurang, awan kan menipis, udara jadi terang benderang. Itu yang membuat udara jadi panas," kata Suardana.

Kepada ROL, di Denpasar, Ahad (28/9), Suardana mengatakan, sejak awal pihaknya menjelaskan, musim penghujan di Bali yang biasanya sudah tiba pada September mundur satu bulan. Sehingga hujan diperkirakan baru akan turun pada Oktober dan pada Januari atau Pebruari 2015, curah hujan akan normal.

Menurut Suardana, Bali saat ini masih berada di musim kemarau, sedangkan hujan baru mendekat ke sekitar Bali. Andaikata hujan turun pada Septeber sebutnya, hujan juga turun belum merata dan baru sekitar awal 2015 curah hujan mencapai puncak dan akan merata di seluruh Bali.

"Kita punya 15 zona curah hujan dan hujan turun tidak secara bersamaan di seluruh zona. Wilayah Nusa Penida dan Bali Barat merupakan zona dengan waktu hujan turun paling singkat," kata Suardana.

Diakuinya, dengan mundurnya waktu musim penghujan, Bali memasuki musim kemarau yang lebih panjang. Hal itu kata Suardana, mengakibatkan kekeringan di sejumlah lokasi, seperti di Bali Barat dan Kabupaten Karangasem. Dia berharap, dengan turunnya hujan pada Oktober bulan depan, kondisi kekurangan air, bisa teratasi.

Sedangkan mengenai kemungkinan turunnya curah hujan yang tinggi pada Januari 2015 dapat mengakibatkan banjir, Suardana menyebutkan banjir bukan disebabkan karena hujannya. Tetapi sebut Suardana, banjir lebih disebabkan oleh infrastrukturnya, seperti kesiapan aliran sungai dan drainase.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement