REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ASEAN diminta untuk belajar dari kegagalan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) yang menerapkan Euro, sebelum memutuskan penggunaan mata uang tunggal di kawasan ASEAN saat pelaksanaan MEA.
"ASEAN harus belajar dari kegagalan Euro di samping perwujudan pembentukan mata uang tunggal di kawasan ini juga masih memiliki berbagai kendala, di antaranya masih amat beragamnya kondisi perekonomian negara di ASEAN," kata Corporate Communication PT Bank Panin Syariah Subeni di Jakarta, Ahad (28/9).
Sampai saat ini Subeni melihat mata uang tunggal ASEAN masih saja menjadi wacana panjang di ASEAN, bahkan semakin menguat setelah Euro mencapai masa keemasannya pada awal 2002. Namun, seiring waktu, kejatuhan ekonomi Eropa dan pelemahan nilai Euro, menurut Subeni harus menjadi bahan pertimbangan sebelum mata uang tunggal ASEAN diterapkan.
"Tak dapat dipungkiri, banyak praktisi yang berkaca dari fenomena ini, bahkan beberapa berbalik mengatakan bahwa mata uang tunggal ASEAN sangat tak dimungkinkan," ucapnya.
Ia menambahkan Euro sebagai mata uang tunggal MEE sedang diterpa fenomena krisis ekonomi yang melanda Yunani, Portugal, Irlandia, dan Spanyol. Bahkan negara-negara kaya penyokong bantuan seperti Jerman, Italia, dan Prancis pun ternyata terkena imbasnya. Negara Eropa lainnya pun terkena efek domino dari pelemahan Euro seperti Irlandia, Portugal, Hungaria, dan Spanyol.
"Berkaca dari hal ini, banyak ekonom yang menyangsikan ASEAN akan memiliki sebuah mata uang tunggal. Namun, perlu kita garis bawahi pula bahwa negara-negara ASEAN memiliki perbedaan baik dari segi ekonomi, pendidikan, hankam, sosial, dan budaya," tuturnya.
Oleh karena itu menurut Subeni upaya untuk mewujudkan penyatuan mata uang ini harus didahului oleh optimalisasi peran pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Selain itu, untuk dapat mewujudkannya, harus terdapat kesatuan-kesatuan tekad antara negara-negara anggota ASEAN, sehingga infrastruktur untuk terbentuknya mata uang tunggal ASEAN dapat terwujud.
"Untuk perbankan sendiri, diharapkan 'ASEAN Banking Integration Framework' (ABIF) diharapkan dapat menjadi langkah pembuka untuk integrasi perbankan di ASEAN, meskipun saat ini perbankan masih dalam tahap mengejar predikat 'Qualified ASEAN Banks' (QAB)," ujarnya.