REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pesawat Amerika Serikat (AS) telah terbang setidaknya 4.100 kali di wilayah Irak dan Suriah sebagai bagian dari perang udara untuk menghancurkan kelompok Daulah Islam (atau juga dikenal sebagai ISIS) sejak Agustus lalu.
Selain penjatuhan bom, misi penerbangan tersebut juga termasuk pesawat mata-mata dan juga pengisian bahan bakar. Sebagai tambahan dari 4.000 penerbangan selama kurang dari dua bulan, pesawat tempur dari negara-negara Arab anggota koalisi anti-ISIS telah terbang sekitar 40 kali di Suriah sejak 23 September.
Dari 4.100 penerbangan itu, sebanyak 1.400 di antaranya berasal dari pesawat pengisi bahan bakar. "Jumlah tersebut baru dimulai pada 27 September lalu," kata sumber militer Amerika Serikat yang dirahasiakan identitasnya oleh AFP, Senin (29/9).
Jika operasi tersebut terus dilakukan dalam skala seperti saat ini, maka jumlah penerbangan pesawat tempur Amerika Serikat di Irak dan Suriah akan dengan cepat melampaui misi yang sama di Libya tahun 2011 lalu.
Pada 2011 lalu, AS menerbangkan pesawat militer sebanyak 5.300 kali selama empat bulan di wilayah udara Libya. Untuk tahun ini, misi perang udara di Irak pada awalnya hanya dibatasi untuk melindungi kantor-kantor perwakilan AS di negara tersebut dari ancaman serangan kelompok Daulah Islam.
Pada September, Presiden AS Barack Obama kemudian menyatakan bahwa negaranya akan memperluas aksi militer sampai ke Suriah untuk menghancurkan kelompok Daulah Islam. Dia juga membangun koalisi internasional untuk membantu misi tersebut.
Menurut keterangan Pentagon, pesawat tempur koalisi internasional telah menjatuhkan bom sebanyak 224 kali di Irak. Sementara di Suriah, serangan udara telah dilancarkan sebanyak 66 kali sejak 23 September lalu. Pentagon juga membantah tuduhan sejumlah kelompok pembela hak asasi manusia yang menyatakan bahwa serangan udara telah membunuh warga sipil.