REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak awal pekan ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di atas level Rp 12 ribu per dolar AS. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia yang dikutip, Rabu (1/10), nilai tukar rupiah secara berturut-turut sejak Senin (29/9) sampai dengan Rabu (1/10) tercatat Rp 12.120, Rp 12.212 dan Rp 12.118.
Ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (30/9) malam, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung memiliki analisis tersendiri perihal pelemahan rupiah tersebut. Menurut CT, sapaan akrab Chairul Tanjung, pelemahan rupiah tak lepas dari dinamika politik dalam negeri, khususnya di parlemen.
Sebab, koalisi partai pendukung pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla, memiliki jumlah kursi yang lebih sedikit dibandingkan koalisi Merah Putih. Kondisi gaduh pun telah tampak dalam pengesahan Rancangan Undang-undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) menjadi UU, pekan lalu.
Sebagai sosok yang besar di dunia bisnis, CT mempunyai penilaian terhadap kondisi ini. "Sangat negatif! karena pasar kan tahu pemerintah tidak akan punya gerak leluasa kalau tidak didukung parlemen. Faktor itu lebih kenceng dibandingkan dengan faktor rencana The Fed menaikan tingkat suku bunga. Faktor dalam negerinya lebih kuat," ujar CT.
Penjelasan yang sama pun telah disampaikan CT ketika ditanya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tatkala melakoni perjalanan dinas ke luar negeri sejak dua pekan silam. Oleh karena itu, CT berharap pemerintahan mendatang memahami kondisi ini dan mencoba meraih dukungan yang lebih besar dari parlemen.
Maksud CT dalam konteks ini adalah penambahan jumlah partai yang mendukung pemerintahan Jokowi-JK demi menambah kekuatan. "Saya melihat ada tanda-tanda itu, cuma belum berhasil," kata mantan ketua Komite Ekonomi Nasional tersebut.