REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fraksi PDIP menjadi sorotan dalam sidang paripurna pemilihan pimpian DPR. Mereka dianggap melakukan tindakan tidak pantas ketika maju mendekati meja pimpinan sidang.
Lalu apa alasan mereka? Anggota DPR RI dari Fraksi PDIP, Henry Yosodiningrat, menyatakan 'microphone' di meja fraksinya tidak berfungsi saat digunakan. "Saya mencoba interupsi saat sidang berlangsung. Namun, 'microphone' tidak berfungsi. Saya coba ke meja lain, tetap saja tidak berfungsi," tutur Henry, Kamis (2/10) dini hari di Balkon DPR RI.
Sejumlah anggota PDIP maju ke depan, ungkapnya, itu karena seluruh alat komunikasi dan 'microphone' di meja fraksi PDIP itu tidak berfungsi. Henry pun mempertanyakan situasi ini, apakah sebuah modus atau skenario politik ataukah kelalaian dari Setjen DPR RI.
Kalau penyebabnya kelalaian, lanjutnya, maka Setjen DPR RI tidak siap menyelenggarakan sidang. "Saya ini menyampaikan suara rakyat, bukan suarta saya sendiri, tetapi mengapa tidak berfungsi 'microphone'-nya?" Ungkap Henry.
Bukankan microphone ini, ujarnya, dibeli dari uang rakyat?
Menurutnya, pimpinan sidang saat ini, Popong Otje Djundjunan, dibebani oleh suatu pesan. Ia pun mengaku kasihan dengan pimpinan sidang DPR RI yang sekarang.
Apa yang dilakukan Pimpinan Sidang, lanjutnya, merupakan hal yang tidak patut dan tidak layak dilakukan pimpinan sidang sementara. "Misalnya, saat bertanya tentang apakah sidang dilanjutkan atau tidak. Belum sempat dijawab ia sudah ketuk palu," jelas Henry.
Henry pun tidak setuju penggunaan bahasa Sunda oleh Ketua Sidang dalam forum yang terhormat, mulia dan disaksikan dunia internasional ini. "Saya tidak mengerti bahasa Sunda. Tidak sepatutnya pimpinan menggunakan bahasa Sunda di forum terhormat dan mulia ini," ungkap Henry.