Jumat 03 Oct 2014 00:00 WIB

Gajahmungkur Mengering, Turbin PLTA Macet Total

Rep: Edy Setyoko/ Red: Julkifli Marbun
Petani
Foto: Panca/Republika
Petani

REPUBLIKA.CO.ID, WONOGIRI -- Bencana mengering Waduk Gajah Mungkur (WGM), Kabupaten Wonogiri, Jateng, berdampak buruk terhadap proyek PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air). Minimnya suplai air untuk menggerakkan turbin mati total.

 

Sementara, surutnya elevasi air WGM justru dimanfaatkan warga untuk bertani musiman. Areal sabuk hijau atau green belt ditanam sebangsa sayur-mayur, palawija, dan kacang-kacangan.

 

Informasi dari Divisi Jasa Air dan Sumber Air (ASA) IV Perum Jasa Tirta I Wilayah Sungai Bengawan Solo, Kamis (/10), elevasi air WGM jauh dibawah batas normal dengan ketinggian muka air di dekat pintu air adalah 127,00 mdpl (Meter Diatas Permukaan Air Laut).

 

Angka tersebut, berada jauh dibawah batas normal saat kemarau di level 129,12 mdpl. Sementara, batas normal saat penghujan menunjukkan angka 135,30 mdpl.

 

Seluruh pintu WGM Wonogiri berjumlah empat buah, kini ditutup total. Bahkan, air untuk keperluan menggerakkan turbin PLTA tidak dialirkan sejak 20 September 2014 lalu. Air dialirkan hanya untuk keperluan air minum PDAM. Itupun hanya empat meter kubik perdetik.

 

Koordinator Wilayah Bengawan Solo merangkap Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air (ASA) IV Perum Jasa Tirta (PJT) I Wilayah Sungai Bengawan Solo, Winarno Susiladi, selaku pengelola WGM, mengatakan, turbin bagi keperluan PLTA dialirkan jika ketinggian muka air WGM berada pada level 129,12 mdpl.

 

Penutupan itu berpengaruh pada suplai tenaga listrik. Walaupun tidak beroperasi PLTA dari WGM sudah terkoneksi dengan jaringan listrik lain. PLTA WGM sendiri hanya berkekuatan 12.400 kw.

 

Berkah Petani

Bencana kekeringan yang melanda Kabupaten Wonogiri bagian Selatan kian parah. Ribuan lahan pertanian mengering, waduk dan sungai kecil kering kerontang. Namun, kekeringan ini berbeda bagi sebagian warga masyarakat sekitar WGM. Khususnya, warga Kecamatan Eromoko dan Baturetno. Mereka berebut lahan bercocok tanam dengan seiring menyusutnya genangan air waduk.

 

Mengeringnya area genangan WGM menjadi sebuah berkah bagi mereka. Seperti yang dilakukan warga Desa Minggarharjo, Kecamatan Eromoko, Suparno (50). Lelaki setengah baya ini yang bercocok tanam palawija ketika air genangan WGM mulai surut. Sedang lahan yang ditanam merupakan lahan milik Perum Jasa Tirta.

 

Begitu air mulai hilang ditelan tanah yang mulai retak. Warga harus merogoh kocek cukup banyak demi membuat sumur pantek. Kemudian disedot dengan mesin pompa guna mengairi tanaman palawija dan padi miliknya. "Hasilnya lumayan. Tapi, kita harus modal mesin pompa air, karena air sudah sulit didapat," katanya.

 

Puluhan petani lain setiap musim kemarau memanfaatkan area genangan WGM untuk bercocok tanam.

"Biasanya saya tanami jagung dan padi. Tapi, kalau air mulai berkurang dari sumur itu saya pilih jual sebagai pakan ternak, tapi itu khusus tanaman jagung," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement