REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 20 ribu jamaah Al-Azhar melaksanakan shalat Idul Adha, Sabtu (4/10) pagi. Shalat berlangsung khusyuk dan lancar.
Ketua Badan Pembina YPI Al-Azhar Jimly Asshidiqie mengatakan, dalam menentukan Idul Adha mereka mengikuti jadwal dan patokan kegiatan di tanah suci, bukan berdasarkan rukyat hasil sidang itsbat yang digelar pemerintah.
“Karena di Makkah wukufnya kemarin (3/10), berarti Idul Adha hari ini,” kata Jimly Asshiddiqie usai shalat Idul Adha.
Di samping itu, ketetapan Idul Adha berdasarkan musyawarah internal pengurus Masjid Agung Al-Azhar yang mempertimbangkan dasarnya hadits yang menyatakan dasar Idul Adha adalah wukufnya Nabi di Arafah, bukan ketetapan 9 Dzulhijah. Pertimbangan peredaran bulan tidak menjadi patokan.
“Bulannya kan sama, cuma satu, masalahnya soal kelihatan dan tidak,” ujarnya.
Terlebih saat ini teknologi semakin maju, serta perbedaan waktu di Makkah dan Indonesia terpaut enam jam. Jadi menurutnya tidak mungkin pelaksanaan Idul kurban selisih hingga dua hari. Maka dari itu ia menilai, sidang itsbat tidak perlu dilakukan untuk menetapkan idul Adha.
Namun begitu, katanya, sesama umat Islam harus saling menghormati keyakinan kelompok satu dengan yang lainnya. Sebab, ketimbang mempermasalahkan sama atau tidaknya pelaksanaan Idul Kurban, lebih baik sama-sama menangkap esensi kurban agar dapat menjadi bagian dari perbaikan umat Islam.
Usai melaksanakan shalat Idul Adha, panitia kurban Al-Azhar segera melakukan pemotongan hewan kurban, yakni menyembelih 16 ekor sapi dan 52 kambing.
Tampak warga masyarakat sekitar mulai mengantre sejak pagi untuk mendapat kupon dan segera memeroleh sekantung daging kurban.