REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau kerap dipanggil Ahok dinilai tidak mendapat masukan yang tepat mengenai ibadah kurban. Terbukti Ahok mengeluarkan larangan penyembelihan binatang kurban di Sekolah Dasar (SD).
"Padahal kurban di kawasan Sekolah Dasar bisa dijadikan media pembelajaran bagi anak usia dini," ujar Direkur Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Sodaqoh PBNU, Amir Ma'ruf saat ditemui Republika di sela-sela pemotongan hewan kurban di kantor PBNU, Jakarta, Ahad (5/10).
Amir mengira, larangan tersebut lahir dari informasi kurang obyektif yang diterima mantan Bupati Belitong ini. Sehingga Ahok, kata dia, mengeluarkan larangan yang kurang tepat. "Saya malah merasa kasihan sama Pak Ahok," kata Amir.
Dia menjelaskan, pemotongan kurban di lingkungan sekolah dasar telah dilakukan sejak lama. Di lingkungan pendidikan NU, kata dia melakukan pemotongan hewan kurban.
Amir mengaku, pemotongan tersebut dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran sosial dan keagamaan dalam diri anak didik. Dia menjelaskan substansin pemotongan hewan kurban bukan hanya pemotongan saja, namun lebih luas dari itu.
PBNU sendiri, kata Amir, menggunakan sekolah NU untuk menyebarkan hewan kurban hingga ke pelosok. Di beberapa sekolah NU di Karawang, Jawa Barat, pemotongan hewan kurban dilakukan pada hari Senin (6/10). "Sekaligus disaksikan anak sekolah dan menjadi pembelajaran keagamaan," ujar amir.
Dia berharap agar wakil gubernur DKI tersebut lebih mendalami intisari dari ajaran kurban. Sebab menurut dia hari raya Idul Adha merupakan momentum berbagi antara umat. Dalam hari raya ini diharapkan, jarak antara orang kaya dan orang miskin semakin menipis.
"Idul Adha itu, momentum berbagi. Agar masyarakat bisa berkumpul dan menikmati keindahan Idul Adha," jelasnya.