REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Swedia, Stefan Loefven menyatakan, Palestina memiliki "tuntutan yang sah untuk kedaulatan nasional". Artinya, ia siap mengakui berdirinya negara Palestina. Langkah Swedia itu mengikuti jejak beberapa negara Eropa lainnya, termasuk Bulgaria, Siprus, Hungaria, Polandia dan Rumania, yang telah membuat deklarasi serupa.
Menyikapi itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merilis sebuah pernyataan yang menyayangkan tindakan Swedia. "Langkah-langkah unilateral bekerja melawan perjanjian. Mereka menggerakkan kita jauh dari kedamaian, tidak lebih dekat dengan itu."
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas memuji sikap Stefan Loefven. "Posisi Swedia terpuji dan terhormat," kata Abbas, dilansir Sydney Morning Herald. "Masalah mengakui negara Palestina dalam pertimbangan di banyak negara di seluruh dunia, terutama di Eropa, dan kami berharap bangsa ini mengikuti contoh Swedia," kata Abbas.
Sementara itu, sebagai respon pernyataan Loefven, Kemenlu Israel memanggil duta besarnya di Swedia untuk membahas masalah tersebut. Liberman bereaksi keras agar Swedia berhati-hati dalam membuat pengakuan terhadap kemerdekaan Palestina.
"Perdana Menteri Loefven perlu memahami bahwa tidak ada pernyataan atau langkah oleh pihak eksternal dapat menggantikan negosiasi langsung antara kedua pihak," kata Menlu Israel Avigdor Lieberman dalam sebuah pernyataan yang diunggah di halaman Facebook-nya.