REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Migas Kementerian ESDM Edy Hermantoro, menyampaikan, hingga saat ini sektor energi masih menjadi salah satu sektor strategis baik secara nasional maupun internasional. Khusus Indonesia, sektor energi tidak hanya berfungsi sebagai salah sumber pendapatan negara.
Akan tetapi juga berkontribusi sebagai sumber bahan bakar domestik serta menciptakan efek berantai yang memperkuat pembangunan ekonomi. Lebih lanjut ia mengungkapkan, ketergantungan Indonesia terhadap minyak masih terbilang tinggi. Konsumsi bahan bakar minyak mencapai 50 persen, diikuti oleh gas dan batubara.
Cadangan terbukti minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel dan kini produksinya terus menunjukkan penurunan. Pada 2012, produksi minyak Indonesia hanya sekitar 860 ribu barel per hari, jauh lebih rendah dibandingkan pada 1995 yang masih berkisar 1,5 juta barel per hari.
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tersebut, Pemerintah Indonesia mendorong perusahaan negara dan swasta di Indonesia untuk menemukan sumber minyak baru di luar negeri. Selain itu, pemerintah juga berupaya keras membangun kilang minyak baru.
Mengenai hulu migas, ke depan Indonesia akan mengembangkan gas, baik secara konvensional maupun non konvensional seperti CBM dan shale gas. Eksplorasi untuk menemukan cadangan migas baru, saat ini bergerak ke laut dalam di wilayah Indonesia Timur. Upaya ini membutuhkan modal besar dan teknologi tinggi.
Melalui Indonesia’s Oil and Gas Seminar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab , Dirjen Migas juga berharap kedua belah pihak dapat berbagi pengalaman dan dapat menarik investor untuk mengembangkan industri migas nasional. “Seminar ini menjadi jembatan bagi investor di Uni Emirat Arab untuk berinvestasi di Indonesia,” tambahnya.