REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menerbitkan data Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut-turut dalam website resminya. Upaya ini agar masyarakat dapat melihat potensi kekeringan yang terjadi di seluruh daerah Indonesia.
Data itu diambil dari hasil alat penakar hujan yang dipasang di setiap wilayah. Untuk daerah yang sudah 1-5 hari tak hujan, berarti masuk dalam kategori sangat pendek dan dilambangkan dengan warna hijau muda. Sedangkan bagi wilayah yang tak hujan selama 6-10 hari berada dalam kategori pendek, berlambang kuning.
Lalu bila 11-20 hari tak hujan, maka termasuk kategori menengah, dilambangkan coklat mudah. Selanjutnya, 21-30 hari dikategorikan panjang dengan simbol warna coklat tua. Kemudian 31-60 hari belum hujan artinya wilayah masuk dalam kategori sangat panjang, dilambangkan dengan merah mudah. Lalu bila lebih dari 60 hari tak hujan, maka daerah mengalami kekeringan ekstrim dengan simbol warna merah.
Pulau Jawa merupakan daerah paling banyak diberi tanda merah yang berarti terkena kekeringan ekstrim di sejumlah daerah. "Suhu permukaan air laut dan angin timur, mempengaruhi kondisi tersebut," ungkap Kepala Bidang Informasi Iklim, Evi, kepada Republika, saat ditemui di Kantor BMKG, Senin, (6/10).
Dari data BMKG wilayah Jawa yang termasuk kekeringan ekstrim di antaranya Kabuh, Kademangan, Kalibadak, Lamongan, Samiran, Tugu, Widang, Lanud Iswahyudi, Kencong, Kesamben, Kerek, dan lainnya. Sedangkan yang masuk dalam kategori pendek meliputi Bantarjaya, Leuwidamar, Sambawa, Cibuni, dan sebagainya.
Selain Pulau Jawa, wilayah Nusa tenggara serta Bali juga banyak mengalami kekeringan ekstrim. Lebih dari 30 wilayah di sana, tak hujan lebih dari 60 hari. Beberapa wilayah kering di Nusa Tenggara dan Bali meliputi Banyupoh, Bengkala, Bondalem, Catur, Rumak, Sape, Sanggar, Swela, Raba, Rasanae Timur, Sigerongan, Soromandi, Mujur, Moyohulu, Majeluk, dan lainnya. Sedangkan yang termasuk kategori sangat pendek hanya ada di daerah Stamet Ruteng.