REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi sutradara dalam film "3 Nafas Likas" diakui Rako Prijanto memberinya banyak tantangan. Salah satunya menghadirkan tiga periode waktu berbeda, yakni rentang waktu antara tahun 1930 hingga 2000-an.
Rako juga harus menghadirkan set peperangan lengkap dengan alat pendukung seperti pesawat, senapan juga mobil yang otentik pada zamannya.
“Untuk desain produksi, kami pakai tim CGI. Mengerahkan teknologi canggih,” ujar Rako Prijanto usai press screening film '3 Nafas Likas', Selasa (7/10) di Jakarta.
Selain untuk membuat visual gambar terlihat menarik, teknologi tersebut dibutuhkan untuk memunculkan atau menghilangkan sesuatu untuk kepentingan film.
“Banyak bangunan-bangunan asli yang sudah tidak ada. Jadi teknologi sangat membantu. Dibantu tim CGI, kami juga sudah banyak menghilangkan tiang listrik dan menciptakan efek visual lainnya,” lanjutnya.
Peralatan logistik untuk film yang menampilkan adegan sengit peperangan itu juga diakui Rako menuntut kreativitas.
“Seperti logistik zaman dulu, terutama menghadirkan pesawat yang paling susah. Terus mobil-mobil yang kita bentuk sendiri body-nya,” kata Rako.
Film "3 Nafas Likas" dijadwalkan tayang 16 Oktober mendatang