REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Dalam kondisi apa pun, Nining Sukarnni (47 tahun) meminta semua pihak membantu memulangkan jenazah anaknya, Febri Andriansyah alias Mayang Prasetyo (27), yang dibunuh dan dimutilasi di Australia.
"Saya mohon sekali, jenazah anak saya dipulangkan, walaupun sudah terpotong-potong," kata Nining di Bandar Lampung, Kamis (9/10).
Ia bersama kedua adik Mayang dan keluarga di Lampung, masih menunggu kepastian kepulangan jenazah anaknya keLampung, setelah meninggal di luar negeri pada Kamis (2/10) lalu. Sejak mendapat kabar kematian anaknya dengan cara tidak manusiawi pada Ahad (5/10) malam, Nining tidak bisa tidur lagi.
Ia hanya bisa duduk di ruang tamu rumah kontrakannya, yang baru ditempati dua bulan. Tidak ada kursi tamu di rumah jalan gang sempit kawasan Kedaton, Kelurahan Sukamenanti, Bandar Lampung.
Kepada Republika Online di rumahnya, Nining mengatakan kepulangan jenazah Mayang ke rumah tempat tinggalnya dan dikubur di Bandar Lampung, setidaknya dapat sedikit menyembuhkan duka mendalam terhadap perlakuan tidak manusiawi kepada anak sulungnya.
"Saya ketemu dia (Febri) lebaran haji tahun lalu. Jadi, sudah setahun saya tidak bertemu, sekarang saya ingin ketemu kalaupun sudah meninggal," harap Nining yang sudah berpisah dengan Nuryanto, bapak kandung Mayang, beberapa tahun silam.
Pemberitaan di media cetak dan televisi tentang Mayang Prasetyo, menjadi tontonan keluarganya setiap hari di rumah. Mayang diduga dibunuh dan dimutilasi Marcus Veter Volke, suaminya, di apartemen, Brisbane. Ia mengenali Volke, saat menjadi juru masak (chef) di kapal pesiar Australia.