Kamis 09 Oct 2014 13:51 WIB

Penjara Jadi Senjata Cina untuk Lawan Pendukung Demokrasi Hongkong

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Joko Sadewo
Dukungan bagi aksi unjuk rasa di Hong Kong disampaikan lewat pesan yang ditulis di kertas-kertas kecil di Sydney, Australia.
Foto: Reuters
Dukungan bagi aksi unjuk rasa di Hong Kong disampaikan lewat pesan yang ditulis di kertas-kertas kecil di Sydney, Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Polisi Cina menahan penyair dan tujuh orang lainnya di Beijing karena merencanakan pembacaan puisi di depan publik untuk mendukung demonstran pro-Demokrasi Hongkong. Salah satu penyair, Wang Zang ditahan di rumahnya pada 1 Oktober lalu.

Istri Zang, Wang Li mengatakan pada Rabu (8/10) polisi kemudian menyambangi apartemennya dan menyita sebuah komputer dan berkas lain. Pada 30 September, Wang mengunggah foto dirinya mengacungkan jari tengah dan memegang payung, sebuah simbol solidaritas yang diadopsi dari demonstran Hongkong.

''Menggunakan baju hitam, botak dan memegang payung. Saya mendukung Hongkong,'' kata Wang di akun pribadi Twitternya. Pengacara Sui Muqing mengatakan kliennya ditahan karena menyebabkan provokasi dan diancam satu hingga tiga tahun penjara.

''Ini berhubungan dengan fotonya,'' kata Muqing, dikutip AP. Wang dijadwalkan memberi sambutan pada acara pembacaan puisi di distrik seni Songzhuang Beijing untuk mendukung Hongkong.

Jurnalis Cina Miao Zhang dan artis Zhu Yanguang dan Fei Xiaosheng juga ikut ditahan polisi karena terang-terangan mendukung demonstran Hongkong. Setidaknya 37 orang di Cina telah ditahan karena mendukung demonstran dalam bentuk mengunggah foto, pesan dan lainnya diinternet untuk menunjukan solidaritas.

Selain itu 60 orang lainnya dipanggil untuk interogasi. Wang Li mengatakan suaminya sering kali dilecehkan dan mendapat kekerasan karena mengkritisi pejabat Cina. ''Di Beijing, kami selalu diawasi,'' kata Li.

Ia mengatakan mereka harus pindah sampai delapan kali tapi polisi selalu mendapatkan mereka. Sementara, pihak kepolisian belum mengeluarkan komentar terkait hal ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement