REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat dan Inggris mengatakan mereka akan mempertimbangkan kemungkinan dibangunnya zona penyangga di perbatasan Turki-Suriah. Pasalnya, ISIS masih melanjutkan aksi kriminalnya di perbatasan kota Kobane.
"Zona penyangga merupakan sebuah gagasan, ini layak dipertimbangkan, ini perlu dipelajari lebih dekat," kata menlu AS John Kerry dalam pernyataan resminya pada Rabu.
Kerry mengatakan jutaan pengungsi yang telah mengungsi dari Suriah seharusnya tidak menjadi masalah bagi negara-negara tujuan seperti Turki, Lebanon, Yordania yang menanggung beban yang luar biasa.
"Jika warga Suriah dapat kembali ke Suriah dan dilindungi di wilayah di sepanjang perbatasan, ada banyak yang akan memuji hal itu. Anda harus menjamin keamanan, tak akan ada serangan pemerintah, jadi hal ini perlu dipertimbangkan. Kami mendukung mempertimbangkan hal ini," tambahnya dikutip dari Aljazeera.
Dalam pernyataan resminya, Kerry, Gedung Putih, dan Departemen Pertahanan AS mengatakan zona penyangga bukanlah salah satu opsi militer yang dipertimbangkan. Namun, gagasan ini dibahas bersama Turki.
Juru bicara Presiden Barack Obama, Josh Earnest, mengatakan gagasan ini bukanlah hal yang tengah dipertimbangkan saat ini. Namun, juru bicara Pentagon Laksamana muda John Kirby mengatakan zona penyangga menjadi topik yang masih dibahas.
Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond mengatakan Inggris mempertimbangkan bagaimana konsep ini akan bekerja. Gagasan ini pertama kali disarankan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan juga didukung oleh Prancis.
Dalam perang selama tiga tahun, AS terus menerus mengesampingkan pembangunan wilayah yang aman untuk melindungi warga Suriah yang mengungsi. Mereka mengatakan zona larangan terbang akan menyulitkan patroli. Mereka juga mengatakan tidak akan melakukan serangan darat dalam konflik ini.
Kelompok Observatori HAM Suriah mengatakan serangan AS telah menewaskan 45 militan sejak Senin dan membuat mereka mundur. Kelompok aktivis itu mengatakan serangan yang dilakukan pada Rabu menargetkan para militan ISIS di timur Kobane dan memukul mundur kelompok tersebut dari sejumlah jalanan yang telah mereka kuasai sebelumnya.
Baku tembak yang sengit juga terdengar dari dalam kota pada Rabu. Kelompok aktivis mengatakan sebagian besar pertempuran terjadi di kota Kani Arban.
Wilayah Kobane selama ini telah dikepung oleh ISIS sejak pertengahan September. Pertempuran ini mengakibatkan sekitar 200 ribu warga melarikan diri dan mencari perlindungan di Turki. Kelompok Observatori juga mengatakan lebih dari 400 orang telah tewas akibat pertempuran ini.
Sedangkan, juru bicara departemen pertahanan AS, John Kirby, mengatakan serangan udara AS tak cukup untuk mengalahkan ISIS. "Serangan udara saja tak bisa melakukan hal ini, tak akan memperbaiki situasi ini, tak akan menyelamatkan kota Kobane. Kita tidak memiliki kemauan, kemampuan, mitra yang efektif dalam serangan darat di dalam Suriah saat ini. Ini kenyataannya," kata Kirby.