REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, Muhammad Said mengatakan lukisan di dalam gua terancam rusak, karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga artefak peninggalan masa prasejarah itu.
"Masyarakat banyak yang menggunakan gua prasejarah sebagai tempat menyimpan jerami atau kandang hewan, ini memprihatinkan," ujarnya di Jakarta, Kamis, (9/10).
Ia melanjutkan, pihaknya pernah berusaha meminimalisir kerusakan lukisan gua dengan memberitahu masyarakat. Namun tanggung jawab mempertahankan lukisan gua ini harus dilakukan bersama-sama dengan para stake holder lain seperti stake holder di bidang ekonomi dan pertanian.
"Lukisan gua ini jangan sampai hanya pernah ada dan jadi kenangan. Jangan sampai anak cucu kita tidak bisa melihat lagi karena musnah," katanya.
Muhammad Said mengatakan, sebaiknya peneliti tidak hanya mencari data artefak saja namun bagaimana cara mempertahankan artefak ini tetap ada. Lukisan gua merupakan temuan yang mendunia.
Sementara Kepala Balai Arkeologi Makassar I Made Sudarmika menambahkan, penemuan lukisan gua merupakan pemikiran baru yang bisa dijadikan rujukan terhadap bagaimana perkembangan peradaban di Sulawesi. Penemuan ini baru sebatas karya seni yang ditemukan lewat berbagai macam analisis.
"Namun penelitian ini harus diteruskan dengan melakukan penelitian untuk menemukan bukti-bukti lain yang mendukung informasi lukisan gua tersebut. Sehingga data yang terbaru bisa memberikan justifikasi atas penemuan penelitian sebelumnya," jelasnya.
Dalam temuan ini, ujar Sudarmika, masih banyak pendapat para ahli yang berbeda. Ini menjadi tantangan bersama agar temuan lukisan yang spektakuler jadi rujukan bersama sehingga semua ahli arkeologi percaya itu.