REPUBLIKA.CO.ID, Karena tidak ada Sekolah Teknik Menengah (STM) jurusan otomotif di Bima, Nusa Tenggara Barat, Syamsurizal (15 tahun) nekat merantau ke Jakarta.
Lelaki yang bertekat dapat membuka bengkel sendiri itu kini duduk di kelas 1 Jurusan Teknik Otomotif STM 10 Nopember Jakarta.
“Di Bima tidak ada STM otomotif. Padahal, saya ingin menjadi orang yang sukses membuka bengkel agar bisa membantu perekonomian orang tua,” tutur lelaki kelahiran Bima, 9 Desember 1999 itu.
Setamat SMP, anak ketiga dari empat bersaudara yang merupakan laki-laki satu-satunya langsung mengikuti jejak sepupu, Adiyatma (25 tahun), yang telah lebih dulu merantau. Karena tidak memiliki uang, ia pun menumpang di kosan sepupunya yang sudah bekerja di sebuah yayasan tersebut.
Pesan ibunda Maemunah (39 tahun), ta na'o kataho dan aina bengke (belajar dengan baik dan jangan nakal di daerah orang), selalu terngiang di telinga Syamsu. Harapan dapat membiayai sekolah adiknya, Atiah (11 tahun) kelas 6 SD) hingga kuliah, bila sudah buka bengkel nanti, selalu terbayang di benaknya.
Karenanya, ia selalu rajin belajar dan mengerjakan PR. Lebih dari itu, setiap usai Maghrib Syamsurizal mengajar ngaji anak-anak warga di sekitar kos di Jalan Mandala V RT 12/02 Cililitan, Kecamatan Kramat, Jakarta Timur. Dan kadang sepulang sekolah, ia membantu membersihkan pekarangan rumah tetangga.
Meski saat ini tidak dipusingkan bayar kos dan makan—lantaran ditanggung sepupu—tetapi ia kebingungan untuk membayar biaya pendidikan sekolah untuk tahun pertama sebesar Rp 2.215.000. Mengandalkan kiriman orang tua yang bekerja sebagai buruh tani juga tidak mungkin.
Untuk mengurangi beban Syamsurizal dalam menggapai harapan dan cita-citanya, melalui program Indonesia Belajar (IB), Badan Wakaf Alquran (BWA) mengajak kaum Muslimin mendonasikan sebagian hartanya. Semoga amal saleh tersebut menjadi salah satu anak tangga yang kita pijak menuju surga-Nya. Amin. Untuk donasi klik di sini.