REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Analis sumber daya menuturkan, keputusan China untuk mengenakan tarif atau pajak atas impor batubara bisa menyebabkan penutupan lahan tambang dan pemotongan kerja di Australia.
Analis independen yang juga penulis buku ‘Analisis Saham’, Peter Strachan, mengatakan, kenaikan harga sebesar 3% pada batubara jenis bahan bakar dan kenaikan 6% pada batubara jenis termal, mulai 15 Oktober ini akan mengubah banyak tambang batubara kecil di Australia menjadi tak berprofit. “Ada beberapa proyek yang kini hampir merugi, dan saya pikir tarif lain seperti itu akan cukup membuat keuangan banyak perusahaan tambang kembang kempis,” jelasnya baru-baru ini.
Peter mengungkapkan, banyak penambang batubara di Australia sudah menderita akibat biaya yang tinggi dan harga yang rendah. “Tambang-tambang ini sudah cukup berjuang. Ongkos domestik di Australia juga sudah naik karena gaji selama 10 tahun terakhir kemungkinan telah berlipat ganda atau lebih, dan biaya input seperti energi juga sudah naik,” tuturnya.
Sejak bulan Juli, para produsen batubara di China telah melobi Pemerintah China untuk melindungi mereka. Caranya, dengan mengatakan bahwa lebih dari 70% penambang China tak lagi menghasilkan untung dan separuh dari mereka menunda atau memotong pembayaran gaji.
Ketua Dewan Mineral Australia, Brendan Pearson, sangat berharap agar tarif hanya berlaku selama satu bulan sementara negosiasi atas kesepakatan perdagangan bebas dengan China dilakukan. Ia mengatakan, ia tak mengharapkan adanya penutupan tambang atau pemotongan kerja di Australia.
Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, telah memberi sinyal bahwa ia menginginkan kesepakatan perdagangan bebas dengan China bisa dicapai ektika Presiden Xi Jinping mengunjungi Australia pada November untuk menghadiri pertemuan G20.
Menteri Perdagangan Australia, Andrew Robb, mengatakan, hambatan baru dari perdagangan semestinya tak memperlambat proses itu. “Kami berusaha mengeliminasi tarif untuk ekspor Australia di berbagai bidang, tapi juga termasuk ekspor batubara, dan ini menggaris bawahi pentingnya kesepakatan perdagangan bebas untuk menopang posisi kompetitif kami,” paparnya.
Ia menambahkan, “Australia memiliki salah satu kualitas batubara terbaik di dunia; China masih akan mengkonsumsi satu milyar ton batubara selama 5 tahun ke depan hingga 2020, dan saya pikir Australia akan sangat kompetitif dalam mengamankan peningkatan itu.”