REPUBLIKA.CO.ID, TAMBORA -- Lurah Jembatan Besi, Amperiyani, mengatakan sejak awal kepemimpinannya, ia hanya berniat untuk bekerja dengan ikhlas. Ia bertekad untuk menunjukkan dedikasinya kepada negara melalui perannya saat ini sebagai seorang lurah.
Amperiyani mengaku tidak pernah memposisikan dirinya sebagai pemimpin di wilayah Jembatan Besi. Ia merangkul semua kalangan dan senang menjalin kerja sama, terutama dengan RT dan RW setempat dalam mengatasi masalah-masalah yang ada di kelurahannya.
"Saya bukan penguasa. Saya kerja, anak buah saya kerja," kata Amperiyani, Jumat (10/10).
Tidak ada kendala yang berarti bagi Amperiyani selama menjadi lurah. Ia melakukan pola pendekatan, semua masalah dapat diselesaikan secara musyawarah bersama pihak-pihak terkait. Contohnya seperti penyelesaian masalah tawuran remaja yang kerap terjadi di wilayahnya.
Setelah enam tahun menjadi Lurah Jembatan Besi, ibu yang bertempat tinggal di Cikarang Timur ini mengungkapkan adanya perubahan yang berarti di wilayah itu. Masyarakat kini lebih mengerti bahaya kebakaran yang sering terjadi di wilayah Tambora. Masyarakat dapat diajak kerjasama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan dan penanganan bencana kebakaran.
"Masyarakat sudah mengerti. Sekarang yang saya upayakan adalah bagaimana membuka saluran air dari jembatan VII dan jembatan VIII," kata Amperiyani.
Masalah kebakaran di Tambora masih menghantui ibu enam orang anak ini, hingga ia harus pulang pukul 9 malam setiap hari. Meski begitu, Amperiyani mengatakan anak-anaknya mendukung penuh pekerjaannya sebagai lurah.
"Saat kita kerja, kita sudah disumpah. Dimanapun kita ditempatkan, kita harus siap," ujarnya.