REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan negara tujuan ekspor Indonesia kini banyak meminta produk yang dijual merupakan produk ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustinable).
Ia mengatakan pemerintah terus mendorong agar produsen dan industri di tanah air bisa menghasilkan produk yang diingatkan konsumen, termasuk produk ramah lingkungan.
"Produk ramah lingkungan dan berkelanjutan ini, yang terus kita dorong," ujarnya, Ahad (12/10).
Saat ini, sudah banyak produk yang ramah lingkungan. Seperti, yang dipamerkan di //Trade Expo Indonesia (TEI) produk yang telah //green// mencapai 30 persennya. Termasuk, ada produsen plastik yang menggunakan teknologi, menciptakan plastik dengan bahan baku singkong.
Menurutnya, ke depan, produk yang tidak ramah lingkungan akan digantikan dengan produk ramah lingkungan, berkelanjutan, dan memerhatikan kelestarian alamnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI) Kementerian Perindutrian, Arryanto Sagala, mengatakan, saat ini pemerintah juga sedang menggenjot //green industry//. Perusahaan yang mau menerapkan //green industry//, maka akan mendapatkan insentif dari pemerintah. Seperti, potongan harga untuk pembelian mesin baru bagi industri kreatif.
Berdasarkan, catatan sepanjang 2010 sampai 2013 sudah ada 235 perusahaan yang menerapkan industri hijau. Bahkan, di 2014 ini bertambah 110 perusahaan. Sisi positif dari penerapan industri hijau ini, salah satunya bisa menghemat energi sampai 25 persen. Tetapi, produktifitas meningkat 17 persen.
"Kita terus mendorong, supaya industri tanah air bisa semuanya menerapkan sistem //green energy//," ujarnya.