Ahad 12 Oct 2014 16:07 WIB

Ganjar: Aktivitas Vulkanis Gunung Slamet Bisa Jadi Objek Wisata

Rep: Eko Widiyanto/ Red: Bayu Hermawan
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.
Foto: Antara
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai aktivitas vulkanik Gunung Slamet tidak perlu disikapi dengan ketakutan yang berlebihan. Menurutnya, kewaspadaan memang diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun lebih dari itu, peristiwa erupsi Gunung Slamet sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. ''Kalau di bawah itu malah asyik, bisa merasakan sensasi erupsi,'' katanya.

Gubernur bahkan mengatakan, wisata vulkano ini justru sangat sulit didapatkan oleh para wisatawan. Namun Gunung Slamet, ternyata memberikan hal ini melalui aktivitasnya vulkaniknya.

''Batas bahaya erupsi Gunung Slamet, sampai saat ini hanya ditentukan sejauh 4 km dari puncak. Di luar radius itu, masih aman. Jadi, di luar radius itu, wisatawan malah bisa menikmati sensasi getaran dan letusan Gunung Slamet,'' jelasnya.

Karena itu, kata Gubernur, orang yang datang ke obyek wisata Baturraden yang berjarak sekitar 7 km sisi selatan Gunung Slamet, tidak perlu ditakut-takuti dengan erupsi Gunung Slamet.

''Datanglah ke Baturraden, tempatnya aman kok. Bahkan sekali-kali, wisatawan bisa merasakan gerakan-gerakan tremor dari dalam bumi dan suara-suara dentuman dari puncak Slamet,'' ujarnya.

Sebelumnya, ahli gunung api PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), I Gusti Made Agung Nandaka, dalam acara sosialisasi Bencana Erupsi Gunung Slamet, di Aula Bappeda Kabupaten Banyumas, menyatakan  magma Gunung Slamet cenderung cair, sehingga saat terjadi erupsi tidak akan melepaskan energi yang terlalu besar.

Bahkan menurutnya, erupsi Gunung Slamet bisa memberikan berkah tersendiri bagi daerah-daerah yang berada di lerengnya, seperti yang diberikan Gunung Etna di Eropa pada warga setempat.

''Letusan lava pijar Gunung Etna yang eksotis dengan gemuruh dan dentumannya yang memberikan pengalaman khas, justru berhasil mendatangkan ribuan wisatawan dari seluruh penjuru dunia,'' jelasnya.

Meski demikian dia menyatakan, hal ini masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Terutama  untuk menentukan titik aman wsiwatawan agar bisa 'menikmati' fenomena letusan Gunung Slamet.

''Kembang api buatan China, harus dibeli dengan harga jutaan rupiah agar bisa dinikmati keindahan letusannya. Tapi lontaran lava pijak Gunung Slamet, bisa saja menjadi tontonan gratis kembang api alam bagi wisatawan,'' jelasnya.

Dia mengungkapkan, selama ini alam selalu berbaik hati pada manusia. Apa pun yang terjadi pada alam, biasanya didahului dengan pertanda. Seperti halnya hujan yang akan turun, belum pernah ada kejadian langit biru kemudian langsung hujan. Pasti akan diawali dengan datangnya awan mendung, agar manusia bersiap untuk berteduh atau menyiapkan payung.

''Gunung Slamet, selama ini juga sebaik itu. Dia akan memberi pertanda kalau akan murka. Untuk itu, percayalah pada pakarnya. Kalau memang pakarnya menyatakan Gunung Slamet masih aman di luar radius  4 km, ya silakan beraktivitas di batas radius itu. Kalau tidak percaya dengan pakarnya, harus percaya dengan siapa lagi?'' katanya.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, sejauh ini masih menetapkan status Siaga (level III) terhadap aktivitas Gunung Slamet. Berdasarkan data di Pos Pengamatan Gunung Slamet Desa Gambuhan Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, sejak tiga hari terakhir masih didominasi aktivitas tremor yang terus menerus.

Kegempaan ini tidak diikuti dengan gempa hembusan, namun hanya diikuti dengan kepulan asap putih yang bervariasi antara ketinggian 50-300 dari puncak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement