REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kualitas kedelai lokal dinilai lebih baik ketimbang kedelai impor asal AS. Sayangnya produksi dalam negeri masih terlampau sedikit untuk memenuhi permintaan pasar.
Anggota Dewan Pengawas Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Suharto mengatakan selama ini kedelai yang diimpor dari AS berkualitas grade tiga dan grade dua. "Ini kualitas untuk pakan," katanya saat dihubungi Republika, Ahad (12/10).
Kedelai impor tersebut dibeli oleh produsen tempe tahu dari importir dengan harga Rp 7 ribu per kilogram untuk grade tiga. Sementara untuk grade dua harganya Rp 7.650,00 per kilogram. Menurut Suharto, harga kedelai impor kualitas terbaik harganya bisa mencapai Rp 10 ribu per kilogram.
Harga itu dinilai terlalu tinggi untuk ongkos produksi. Sehingga, para produsen lebih memilih kedelai impor yang harganya lebih murah. Suharto menuturkan, para produsen tempe tahu selalu kesulitan memperoleh bahan baku kedelai lokal.
"Kebutuhan kedelai menurut Kementerian Pertanian sekitar 2,5 juta ton per tahun," imbuhnya. Akan tetapi ia menaksir produksi dalam negeri hanya 400 ribu ton per tahun. Karena, menurut catatan Kementrian Perdagangan impor kedelai per tahun mencapai lebih dari dua juta ton.
Dari total kebutuhan tersebut, sebanyak 1,6 juta ton adalah permintaan dari produsen tahu dan tempe. Lebih lanjut ia menambahkan, kedelai lokal selalu ludes hanya dalam dua minggu setelah masa panen. "Hasil panen hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan setempat dan tidak bisa memenuhi permintaan daerah lain," ucapnya.