REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL), Ulil Abshar Abdalla menyesalkan adanya pencekalan oleh Pemerintah Malaysia terhadap dirinya. Karena pemerintah Malaysia seolah menutup dialog di antara umat Islam untuk menaggulangi gerakan fundamentalisme agama.
“Menurut saya patut disesalkan,” ujar Ulil kepada ROL, Senin (13/10).
Ulil menyatakan, dirinya menjadi korban efek samping dari percaturan politik yang terjadi di internal Malaysia antara beberapa organisasi Islam antara United Malays National Organisation (UMNO) dan Partai Islam Se-Malaysia (PAS).
“Tampaknya pemerintah Malaysia sedang bermain politik dengan kartu agama Islam,” ujar Ulil.
Ulil menjelaskan, saat ini kan UMNO melakukan berbagai gerakan untuk menunjukkan bahwa keislaman UMNO lebih “Islam” dari pada kelompok islam yang lain. Salah satu agendanya adalah menolak gerakan yang berbau liberal.
Bersamaan dengan adanya benturan politik antara kelompok Islam di internal Malaysia, rencana kehadirannya di Malaysia dianggap akan menyebarkan ajaran liberal yang merusak akidah.
“Ini sebetulnya adalah efek dari permainan politik domestik Malaysia, di mana agama dijadikan sebagai kartu politik,” ujar Ulil.
Padahal menurut Ulil, UMNO biasanya tidak lebih konservatif dari pada PAS. Namun, dengan pencekalan dirinya, UMNO terkesan lebih konservaif dari pada PAS.
Sejatinya, Ulil mengaku bahwa kedatangannya ke Malaysia hanya hendak melakukan dialog dalam diskusi bertajuk “Tantangan Fundamentalisme Agama di Abad Ini” yang dijadwalkan di Bukit Damansara pada, Sabtu (18/10) mendatang. Diskusi ini digelar oleh Yayasan Gerakan Kesederhanaan Global (GMM) dan Islamic Renaissance. Kelompok ini diasebut-sebut sebagai kelompok yang memiliki afiliasi terhadap JIL.