Senin 13 Oct 2014 20:05 WIB

Terkait Pencekalan, Ulil Kritik Wahabisme dan Salafisme

Kicauan Ulil tentang pencekalan dan Wahabisme/Salafisme.
Kicauan Ulil tentang pencekalan dan Wahabisme/Salafisme.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulil Abshar Abdalla masuk daftar hitam imigrasi Malaysia. Dia terkena cegah dan tangkal pemerintah negeri jiran tersebut.

Dampaknya, pendiri Jaringan Islam Liberal (JIL) tersebut gagal menjadi pembicara di seminar 'Tantangan Fundamentalisme Agama di Abad Ini' yang digelar di Bukit Damansara pada Sabtu (18/10). (Baca: Dianggap Menyesatkan Umat Islam, Ulil Masuk Daftar Hitam Imigrasi Malaysia)

Terkait pencekalan itu, Ulil tiba-tiba membuat seri kicauan melalui akun Twitter miliknya, @ulil. Dia menyinggung soal gerakan ISIS, Wahabisme, dan Salafisme yang disebutnya melakukan tindakan mencegah sebisa mungkin kelompok yang berbeda agar jangan berbicara.

Berikut kicauannya dengan pembetulan ejaan dari redaksi:

ISIS adalah konsekuensi terjauh dari cara memahami Islam secara harafiah dan tidak kontekstual.

Seluruh tindakan ISIS ada dalilnya dalam Quran dan hadis, kalau keduanya dipahami secara harafiah seperti yang dilakukan oleh ISIS itu.

Menjadikan perempuan tawanan sebagai budak yang bisa digauli secara seksual, seprti dilakukan ISIS terhadap perempuan-perempudan Yazidi? Ada dalilnya di hadis.

Satu-satunya cara memerangi ISIS adalah dengan mengkritik cara pemahaman keislaman mereka yang literalistik.

Sumber Islam ala ISIS adalah Salafisme dan Wahabisme. ISIS adalah anak kandung ideologi Islam yang dianut negara Saudi.

Saudi terancam oleh ISIS. Sesungguhnya dia terancam oleh anak yang dilahirkannya sendiri.

ISIS adalah versi Salafisme/Wahabisme yang lebih ekstrem. Mindset-nya, pada dasarnya, sama.

Bedanya Wahabisme dengan ISIS adalah cuma satu: Wahabisme sudah dijinakkan oleh kekuasaan, sementara ISIS adalah Wahabisme yang masih "liar".

Jangan lupa, Salafisme sudah berkeliaran di sekitar kita di Indonesia. Tak harus dilarang. Tapi harus dikritik terus.

Ciri-ciri mindset kaum Salafi: mencegah sebisa mungkin kelompok-kelompok yang berbeda agar jangan berbicara. Yang berbeda harus "dicekal".

Itulah sebabnya di Saudi, negeri di mana Salafisme diterapkan secara relatif konsisten, pencekalan sering terjadi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement