REPUBLIKA.CO.ID, HONGKONG -- Ratusan polisi membersihkan lebih banyak barikade di depan gedung pemerintahan Hongkong.
Barikade yang dibangun oleh aktifis pro demokrasi ini dibersihkan dengan gergaji dan pemotong besi. Polisi juga membuka kembali jalan utama di pusat perbelanjaan, Causeway Bay.
Operasi pembersihan dilakukan sejak Senin untuk meredakan kemacetan. Polisi mengatakan operasi tersebut bukan untuk membersihkan demonstran. Selama ini polisi dikritik karena menggunakan gas air mata dan tongkat untuk mengusir demonstran.
Sehingga mereka akhirnya menggunakan cara yang lebih halus, yaitu dengan membersihkan barikade yang dibangun aktifis saja. ‘’Ini dilakukan untuk memastikan keselamatan publik dan menjaga ketertiban umum. Sehingga Polisi harus membersihkan barikade agar lalu lintas kembali lancar,’’ kata polisi dalam pernyataannya, dikutip BBC, Selasa (14/10).
Para aktifis yang terdiri dari kelompok pro demokrasi dan mahasiswa menyebut diri Occupy Central. Mereka telah menduduki sebagian Hongkong selama lebih dari dua minggu.
Mereka menuntut pelaksanaan demokrasi penuh pada pemilu 2017. Tiongkok yang memiliki kendali terhadap Hongkong mengatakan penduduk dapat memilih, namun tetap Tiongkok yang memilih kanditat.
Pada Senin, barikade di distrik Causeway Bay dibersihkan polisi namun kembali dibangun oleh aktifis. Mereka kemudian terlibat bentrokan dengan oposisi penentang Occupy Central di distrik pusat. Oposisi ini menggunakan masker bedah dan mencoba membersihkan barikade.
Anggota parlemen dari Partai Demokrat Albert Ho mengatakan pada AFP, ini adalah taktik yang digunakan Tiongkok dari waktu ke waktu. "Mereka menggunakan massa pro pemerintah untuk menyerang siapa pun yang menentang mereka, sehingga pemerintah tidak perlu bertanggungjawab," kata dia.
Para demonstran percaya polisi bersekongkol dengan kelompok bermasker. Mereka melihat polisi hanya berdiri saja tanpa berbuat apa-apa ketika bentrokan terjadi.
Sementara, demonstran membangun kembali barikade dengan bambu dan pondasi semen. Pada Selasa, polisi datang dengan pemotong besi, gergaji dan palu godam. Media setempat mengatakan mereka menggunakan gergaji untuk memotong hambatan bambu.
Di antara pengunjuk rasa yang pantang menyerah, ada yang tampak tertekan. ‘’Kami akan mundur seperti tidak mampu melawan, tapi kami tidak akan menyerah,’’ kata salah seorang demonstran pada AFP. Pada awal protes, ribuan demonstran tidur di jalanan semalaman. Namun jumlahnya kemudian menyusut dalam beberapa hari terakhir.
Di lokasi protes utama di Admiralty, puluhan polisi berjaga-jaga dikelilingi oleh ratusan mahasiswa yang beberapa masih tertidur. Lokasi tersebut dipadati gedung-gedung pemerintahan dan kawasan bisnis. Para pengemudi taksi dan truk juga mencoba membongkar barikade pada Senin sore untuk melancarkan lalu lintas. Beberapa dari mereka mengancam akan kembali jika para demonstran tidak berhenti.
Demonstran bersikukuh meminta pemimpin kota Leung Chun-ying mundur. Namun Leung bersumpah tetap tinggal di posisinya dan memperingatkan tidak akan ada kesempatan untuk para pemimpin Beijing mengubah keputusannya membatasi demokrasi di Hongkong.