Rabu 15 Oct 2014 00:30 WIB

Negara Barat Khawatir Indonesia Bisa Kembangkan Nuklir, Mengapa?

Rep: Niken Paramita Wulandari/ Red: Bilal Ramadhan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Foto: alphabeticinfo.com
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Tidak selamanya limbah radioaktif berbahaya. Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistio Wisnubroto mengungkapkan limbah radioaktif justru bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar baru.

Djarot bahkan menyebutkan banyak negara besar jika Indonesia bisa memanfaatkan potensi ini. Pasalnya jika diolah lebih lanjut limbah radioaktif bisa dimanfaatkan sebagai senjata nuklir.

"Bahan limbah radioaktif bisa dimanfaatkan menjadi bahan bakar baru. Itu yang ditakuti banyak negara besar kalau Indonesia bisa mengolahnya karena disitu bisa dihasilkan plutonium dan uranium yang punya potensi sebagai senjata nuklir," kata Djarot di sela Training Meeting on Best Practices in the Uranium Production Cycle From Exploration through to Mining di Jakarta, Selasa (14/10).

Indonesia diakui Djarot sejatinya memiliki keahlian untuk itu. Hanya hingga saat ini belum ada kebijakan yang memperbolehkan Indonesia untuk melakukannya. Peraturan pemerintah menyebutkan Indonesia tak mengizinkan adanya eksploitasi terhadap bahan galian nuklir seperti uranium dan thorium. Sehingga kemampuan tersebut tidak berkembang.

Salah satu limbah radioaktif yang berpotensi tinggi adalah limbah bekas bahan bakar. Limbah ini menjadi bahan strategis dimasa mendatang sebagai pasokan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Saat ini Djarot menambahkan semua limbah radioaktif yang dihasilkan seperti dari rumah sakit, kegiatan penambangan, dan industri pembuatan kertas disimpan di lahan Batan di Serpong, Tangerang. Lahan yang disediakan seluas empat kali lapangan badminton.

"Jadi kita mau lihat prespektif limbah sebagai sampah atau potensi bahan bakar baru. Tapi memang ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari keselamatannya," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement