Kamis 16 Oct 2014 19:34 WIB

Sitt Al Mulk, Pembawa Kedamaian Dinasti Fatimiyah (1)

Sitt Al Mulk adalah putri pemimpin Dinasti Fatimiyah.
Foto: Mybookishways.com/ca
Sitt Al Mulk adalah putri pemimpin Dinasti Fatimiyah.

Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti    

Sitt Al Mulk adalah putri pemimpin Dinasti Fatimiyah. Ayahnya bergelar Maulana Al Azis, seorang pemimpin kerajaan sekaligus imam dari Dinasti Fatimiyah di Mesir. Sitt lahir dari seorang ibu yang berasal dari Bizantium.

Sitt tumbuh besar di bawah asuhan dan pengajaran dari ayahnya secara langsung. Ayahnya dikenal sebagai raja yang bijaksana dan sangat menjunjung toleransi. Sebagai pemimpin dinasti Islam, Al Azis menanamkan nilai-nilai ajaran Nabi Muhammad SAW kepada anak-anaknya, termasuk Sitt.

Kepemimpinan Al Azis dicintai oleh rakyat Mesir. Ia memimpin Dinasti Fatimiyah selama 21 tahun. Al Azis membangun dua istana megah di Kairo untuk kehidupan keluarganya. Dua istana itu diberi nama Qasr Al Bahr (Istana Sungai) dan Qasr Al Zhahab (Istana Emas).

Sitt Al Mulk sejak kecil telah terbiasa bermain di kedua istana tersebut. Tinggal bersama ayahnya, Sitt banyak mendapat pelajaran terutama tentang kebijaksanaan. Kharisma kepemimpinan Sitt pun sudah terlihat sedari kecil. Hal itu dibuktikan dari seringnya Al Azis meminta pendapat mengenai persoalan kerajaan kepada Sitt.

Meski masih kecil dan polos, Al Azis ingin mendengarkan nasihat yang penuh dengan ketulusan dari anak nya. Sitt pun sering mengomentari permasalahan kerajaan dengan terus terang dan apa adanya. Kejujuran Sitt dalam mengungkapkan masalah ini yang sangat disukai ayahnya. Sitt terus dimintai nasihat hingga ayahnya mendekati ajal.

Maulana Al Azis dikenal sangat menghargai perbedaan. Prinsip tersebut yang juga dipelajari Sitt. Namun, kebaikan Al Azis dimanfaatkan pejabat yang beragama Yahudi dan Nasrani yang diangkat raja.

Kalangan non-Islam justru banyak menguasai posisi penting di negara tersebut. Akibatnya, muncul ketidakstabilan pemerintahan sang raja bijaksana itu.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement