Jumat 17 Oct 2014 04:15 WIB

Berbuat Kebaikan

GENCAR SEDEKAH. Umat Muslim Kanada kini tak malu lagi untuk beramal. Mereka kini gencar bersedekah guna memperbaiki citra negatif umat Islam di mata dunia, khususnya di mata masyarakat Kanada.
Foto: onislam.net
GENCAR SEDEKAH. Umat Muslim Kanada kini tak malu lagi untuk beramal. Mereka kini gencar bersedekah guna memperbaiki citra negatif umat Islam di mata dunia, khususnya di mata masyarakat Kanada.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Iu Rusliana     

Suatu hari keluarga Ali bin Abi Thalib RA dan Fatimah Az-Zahra kedatangan seorang fakir yang meminta makanan. Saat itu, keduanya sedang bersiap-siap untuk makan.

Dengan penuh kasih sayang, Ali dan Fatimah pun memberi makanan yang akan mereka santap dan memilih berpuasa.

Besoknya, kejadian itu terus berulang, bahkan hingga tiga hari berturut-turut. Keluarga putri Rasulullah SAW tersebut akhirnya harus berpuasa.

Begitulah teladan dari mukmin sejati. Ali dan Fatimah begitu peduli terhadap sesama. Tak harus menunggu lapang untuk peduli dan berbagi.

Rasulullah SAW bersabda, ”Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian, sehingga ia mencintai saudaranya dengan segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri, berupa kebaikan.” (HR Bukhari-Muslim).

Mencintai orang lain laksana mencintai diri sendiri merupakan ajaran yang sangat mulia. Merasa tak pernah cukup dalam urusan materi kerap menjadi benteng kokoh, penghalang menebarkan kebaikan kepada sesama. Di situlah jihad besar dilakukan, mengendalikan hawa nafsu serakah yang tidaklah mudah.

Dalam menyempurnakan keimanan, antara kesalehan individu dengan kesalehan sosial harus selaras. Akidah kokoh dalam jiwa harus dipancarkan dalam kebaikan yang nyata, sehingga bisa dirasakan sesama.

Kesalehan sosial dan individual yang menyatu akan menjadi tameng tangguh dari godaan keserakahan. ”Jika anak Adam memiliki satu lembah emas, dia akan mencari agar menjadi dua lembah dan tidak ada yang akan menutup mulutnya melainkan tanah. Dan, Allah menerima tobat orang yang bertobat.” (HR Bukhari dan Muslim No 1049).

Kecenderungan kecintaan kepada tahta, harta, dan wanita sering kali membutakan mata hati. Belas kasih, kepedulian kepada sesama menjadi sirna. Berlomba-lomba mengumpulkan harta tiada batas, lalai pada ibadah, hingga akhirnya masuk kubur.

Alangkah lebih berbahaya apabila keserakahan ini menghinggapi mereka yang memiliki posisi, jabatan, atau kedudukan sosial dalam masyarakat. Akan lahir kebijakan yang lebih memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri atau kelompoknya.

Tentang hal ini, Rasulullah SAW pernah memberikan peringatan sebagaimana diungkapkan Abdullah RA yang berkata, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya akan muncul sepeninggalku sifat egois (pemimpin yang mengutamakan kepentingan diri sendiri) dan beberapa perkara yang tidak kamu sukai. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau perintahkan kepada seorang dari kami yang mengalami zaman itu? Beliau menjawab: Laksanakanlah kewajiban kamu dan mohonlah kepada Allah yang menjadi hakmu.” (Shahih Muslim No 3430).

Dalam sabdanya yang lain diriwayatkan bahwa seorang lelaki kaum Anshar menemui Rasulullah SAW dan bertanya,” Apakah engkau tidak ingin mengangkatku sebagaimana engkau telah mengangkat si fulan? Rasulullah SAW menjawab: Sesungguhnya, kamu sekalian akan menemui sepeninggalku para pemimpin yang egois. Maka, bersabarlah sampai kamu menjumpaiku di telaga kelak.” (Shahih Muslim No3432).

Tentu saja, hal itu bukan hanya tugas pemimpin, sebagai pribadi kita semua juga dituntut untuk menjadi pribadi yang peduli. Pancaran kebaikan dari amal jariah itu pahalanya tak akan pernah putus hingga alam kubur.

Menjadi doa bagi kesuksesan dan kebahagiaan keluarga. Warisan abadi bagi anak cucu kelak karena tidak hanya di akhirat, di dunia pun setiap kebaikan akan berbalas kebaikan. Bilapun kebaikan kepada seseorang malah dibalas dengan keburukan, berprasangka baiklah kepada Allah SWT.

Tetaplah berbuat baik dan tak harus membalasnya. Percayalah, Allah SWT Yang Maharahman dan Rahim akan membalasnya. Tak akan pernah kebaikan bertukar dengan keburukan.

Bila tidak besok, nanti atau anak cucu kita yang akan merasakan buahnya. Teruslah menebar peduli maka hidup ini akan merasakan bahagia tiada henti. Wallahu’alam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement