REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Merespons bonus demografi yang dialami Indonesia, ketika anak-anak usia sekolah yakni usia 0 hingga 24 tahun mencapai lebih dari 100 juta orang, Kementrian Agama telah menyiapkan formulasi dan strategi guna meningkatkan kualitas anak-anak madrasah di masa yang akan datang.
Hal itu diungkapka Direktur Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) M Nur Kholis Setiawan.
"Anak-anak yang jumlahnya banyak di masa sekarang akan menjadi tulang punggung kepemimpinan bangsa di masa yang akan datang, tentu pendidikan mereka harus disapkan,” kata Nur Kholis kepada Republika Rabu (15/10).
Makanya, ungkap Nur Kholis, pemerintah melalui direktorat madrasah Kemenag telah menyiapkan divertifikasi atau pengelompokan madrasah agar keanekaragaman kualitasnya merata.
Tujuannya, agar 91 persen madrasah yang statusnya swasta terdorong untuk menonjolkan keunggulannya masing-masing berdasarkan daerahnya masing-masing dan dapat bekompetisi dengan pendidikan formal setara lainnya.
Diterangkannya, divertifikasi atau pengelompokan madrasah terbagi ke dalam empat jenis yakni madrasah akademis, madrasah vokasi, madrasah reguler dan madrasah keagamaan. Madrasah vokasi, kata dia, bukan sekadar madrasah kejuruan pada umumnya.
Lebih jauh, madrasah jenis ini diarahkan agar para siswanya mengembangkan dan menampilkan potensi berbasis kewirausahaan disesuaikan dengan daerah asal mereka.