REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Pemerintah diminta tidak terlambat memutuskan nasib perpanjangan kontrak pengeboran minyak. Plt Dirut Pertamina Muhamad Husen mengungkapkan keterlambatan perpanjangan kontrak mengakibatkan menurunnya produksi minyak.
Pada 2011 produksi minyak nasional menyentuh angka 950 ribu barel per hari. Akan tetapi tahun ini produksi merosot menjadi 800 ribu barel per hari. “Di Madura kami diberikan lapangan di hari terakhir, sehingga sudah tidak terurus lagi sehingga susah menaikkan lifting,” kata Husen di Jakarta, Jumat (17/10).
Padahal menurut Husen berdasarkan Kepmen penyerahan pengelolaan minyak dapat dilakukan sepuluh tahun sebelumnya. Sehingga di tenggat waktu peralihan pengelola, lapangan masih dapat dipelihara dan produksi stabil.
Akibat keterlambatan keputusan oleh pemerintah, Pertamina menghitung bahwa Indonesia kehilangan produksi sebanyak 250 ribu barel per hari. “Kalau pipa sudah terlanjur mampet akan sulit melanjutkan produksi yang kontinu karena menjelang akhir masa kontrak pengelola lapangan malas mengurus ,” jelasnya.